Wawancara Khusus

Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra: Prabowo Chemistry-nya dengan Pak Jokowi Lebih Dalam

Meskipun belum dideklarasikan partainya, Prof Yusril meyakini Prabowo Subianto adalah sosok yang tepat untuk melanjutkan pemerintahan Joko Widodo.

|
Editor: Dion DB Putra
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Jokowi menerima kedatangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan putranya, Didit Hediprasetyo di kediaman Presiden Jokowi di Kota Surakarta, Sabtu (22/4/2024). 

Untuk bersatu jadi agak berbeda dengan pemimpin yang lain di mana kadang-kadang berdasarkan kebutuhan saja. Kalau sudah menang kawan-kawan dirangkul, lawan-lawan ditinggalkan.

Bisa disimpulkan PBB kelihatannya pilihan sudah mengerucut ke Pak Prabowo ya?

Ya walaupun belum final, tetapi ada arah seperti itu. Ada orang mengatakan politik itu tetap dinamis segala kemungkinan bisa terjadi di luar yang kita ramalkan.

Bisa saja muncul calon baru atau koalisi baru yang mencapai threshold 20 persen karena masih ada waktu sampai Oktober 2023. Jadi politik ini dinamis begitu.

Saya kira PBB juga belajar dari pengalaman seperti tahun sebelumnya PBB sudah menentukan pilihan misalnya mendukung Prabowo-Hatta di Pilpres 2014. Pada waktu itu Ketua Umumnya MS Kaban.

Kemudian Pilpres 2019 sedikit ada friksi kita agak lambat menyatakan mendukung Pak Jokowi sehingga proses negosiasi politiknya sudah terlambat.

Kita melihat bahwa formasi kekuatan politik yang ada dan sudah kita diskusikan PBB akan menentukan di awal sehingga bisa bernegosiasi lebih banyak untuk kepentingan kita semua dan kepentingan partai. PBB ini kan keinginannya satu saja supaya dia bisa tetap eksis dan melampaui empat persen sehingga bisa berkoalisi dengan siapa saja.

Dalam pertemuan di Padang kemarin apakah diajak Pak Prabowo untuk menjadi calon presiden?

Sebenarnya tidak ada perbicaraan spesifik ke situ. Beliau bilang Pak Yusril kali ini saya harap Pak Yusril bantu saya. Tentu pak, saya bilang. Dulu kan sebetulnya saya juga mau bantu Pak Prabowo di pilpres 2014.

Ketika itu saya juga jadi ahli yang menguntungkan beliau di Mahkamah Konstitusi pada waktu itu. Walaupun orang ingatnya saya hanya jadi lawyernya Pak Jokowi untuk menghadapi Pak Prabowo di Pilpres 2019.

Di tahun 2019 seperti ada sekat di antara saya dengan Pak Prabowo. Yang datang ke rumah saya waktu itu Pak Sandiaga berbicara take and gift, ini kan politik saya mesti tahu seperti apa rencana yang mesti dikembangkan tetapi jawabannya ngambang.

Padahal saya sangat berharap bisa bertemu Pak Prabowo waktu itu tetapi banyak yang mencoba menghalangi. Pada pertemuan di Padang kemarin kita sepakat untuk menghilangkan sekat-sekat dan kita akan berkomunikasi lebih leluasa.

Saya pikir dengan lima tahun ada di kabinet mungkin beliau agak lebih tepat arahnya kebilau. Tetapi PBB akan membicarakan internal dahulu. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved