Pemilu 2024

Pengamat Nilai Golkar Tak Siap Kalah karena Berharap Tetap Dirangkul Pemenang Pemilu

Ketum Golkar Airlangga Hartarto menginginkan supaya pihak-pihak yang menjadi pemenang dalam Pemilu 2024 tidak bersikap sapu bersih.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PARTAI GOLKAR
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman SBY di CIkeas, Jawa Barat, Kamis 5 Maret 2020. 

Menurut dia, persimpangan jalan itu hanya bisa dilalui bila partai-partai politik saling bekerja sama dalam menyusun rencana pembangunan maupun instrumen hukum yang dapat meningkatkan ekonomi Indonesia.

"Kita butuh seluruh instrumen dari hukum kepada DP yang nanti juga duduk itu minimal 70 persen. Oleh karena itu, saya menawarkan Partai Golkar, kita ini dari sekarang supaya nanti kita tidak 'kagetan'," ujar Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama, Airlangga juga mendorong partai-partai politik untuk menyelesaikan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) sebelum pendaftaran calon presiden dan wakil presiden mendatang.

"Maka calon presiden nanti sudah punya referensi apa yang harus dikerjakan, karena kita semua ini tergantung calon presiden bikin programnya apa, tapi lapangannya dan regulasinya harus kita buat," kata Airlangga.

Tak Punya Tradisi Oposisi

Manuver Golkar yang terus mendekati sejumlah partai politik dan berharap tetap bisa berada di dalam pemerintahan usai Pemilu 2024 kelak mempertegas sikap mereka tidak pernah berminat menjadi kelompok oposisi.

Menurut beberapa pengamat politik, Golkar memang tidak pernah mempunyai kebiasaan atau tradisi menjadi oposisi lantaran sejak didirikan pada 20 Oktober 1964 selalu berada di dalam lingkaran kekuasaan.

"Karena memang Golkar tidak punya tradisi oposisi. Selalu mencari cara atau jalan menjadi bagian dari pemerintahan," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer (IB) Muhammad Qodari, Senin (1/5/2023).

Menurut Qodari, meski perolehan kursi Golkar di DPR tidak terlampau besar, tetapi sumber daya dan struktur organisasinya diandalkan untuk menjaga stabilitas pemerintahan.

"Selama ini Golkar selalu menjadi bagian dari pemerintahan selain karena memang tidak mau di luar karena juga kursinya konsisten ya, tidak besarlah dalam Pemilu, sehingga siapapun yang menjalankan pemerintahan memerlukan Golkar sebagai salah satu pilar stabilitas politik," ucap Qodari.

Secara terpisah, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro juga mengutarakan pendapat sama dengan Qodari. Menurut Bawono, Golkar bukanlah partai politik yang berpengalaman menjadi oposisi.

"Bukan karakter partai ini berada di luar kekuasaan sehingga muncul rasa kecemasan tidak lagi berada dalam lingkaran pemegang kekuasaan pasca Pemilu 2024 mendatang," ujar Bawono.

Bawono menilai, saat ini Golkar sedang berupaya keras mencari mitra politik supaya kepentingan mereka bisa ditampung oleh pihak-pihak yang menjadi pemenang Pemilu 2024 kelak.

Penyebabnya, kata Bawono, Golkar saat ini belum mempunyai figur yang bisa diandalkan untuk bersaing dalam bursa bakal Capres atau Cawapres.

"Inilah problem pelik dihadapi oleh Partai Golkar saat ini. Partai besar, tetapi tidak memiliki figur dengan elektabilitas baik," ujar Bawono.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Berharap Tetap Dirangkul Usai Pemiu, Golkar Dinilai Tak Siap Kalah

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved