Pemilu 2024

Pengamat Nilai Golkar Tak Siap Kalah karena Berharap Tetap Dirangkul Pemenang Pemilu

Ketum Golkar Airlangga Hartarto menginginkan supaya pihak-pihak yang menjadi pemenang dalam Pemilu 2024 tidak bersikap sapu bersih.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PARTAI GOLKAR
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman SBY di CIkeas, Jawa Barat, Kamis 5 Maret 2020. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA- Pengamat politik Ari Junaedi menilai, keinginan Golkar yang berharap bisa tetap berada di lingkaran kekuasaan setelah Pemilu 2024 sebagai wujud sikap tidak siap untuk kalah.

Sebab sebelumnya, Ketum Golkar Airlangga Hartarto menginginkan supaya pihak-pihak yang menjadi pemenang dalam Pemilu 2024 tidak bersikap sapu bersih atau the winner takes it all.

Baca juga: Golkar Kota Mataram Daftarkan 40 Bacaleg pada 12 Mei, Target Rebut 10 Kursi di Pileg 2024

"Golkar dalam sejarah demokrasi pasca reformasi memang tidak pernah siap untuk kalah sehingga mencari aman dengan berlindung di balik pemaknaan the winners take it all," kata Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi, Senin (1/5/2023).

"Pernyataan 'the winners take it all' menurut saya salah dimaknai oleh Golkar. Jika mau konsekuen dengan prinsip demokrasi yang kita anut, justru setiap partai harus siap menang dan siap kalah," sambung Ari.

Ari mengatakan, Golkar sebenarnya mempunyai kekuatan dan pengaruh karena menjadi partai politik terbesar ketiga di DPR hasil Pemilu 2019.

Partai berlambang pohon beringin itu, saat ini mempunyai 85 kursi di DPR atau setara dengan 12 persen.

Akan tetapi, kata Ari, dengan modal itu ternyata tidak membuat Golkar percaya diri untuk mengambil langkah dalam percaturan politik menjelang Pemilu 2024.

"Terlihat Golkar tidak yakin untuk menang sehingga terlihat menjadi partai yang paling aktif melakukan 'zig-zag' politik dengan mendekati berbagai poros koalisi," ujar Ari.

Lebih lanjut Ari menyampaikan, Golkar sudah mengikat perjanjian koalisi dengan PPP dan PAN. Namun, lanjut dia, Golkar justru tidak memaksimalkan poros Koalisi Indonesia Baru (KIB) yang sudah dibentuk jauh sebelum koalisi Gerindra-PKB, serta poros NasDem-Demokrat-PKS.

"Harusnya Golkar tetap menjadi motor penggerak KIB dan punya peluang menggarap arah koalisi," ucap Ari.

Sebelumnya diberitakan, Airlangga berharap para pemenang Pemilu dan Pilpres 2024 tidak meniru prinsip demokrasi seperti di Amerika Serikat, di mana ketika partai yang unggul dalam Pemilu dan Pilpres menguasai semuanya dan tidak memberikan ruang bagi partai politik pesaingnya.

"Partai Golkar dan Partai Demokrat sepakat bahwa Pemilu itu bukan 'the winner takes it all'. Artinya, kita ini kan Indonesia raya, kita bukan seperti Amerika, demokrasi yang kebarat-baratan itu demokrasi yang the winner takes it all," kata Airlangga.

Airlangga mengibaratkan membangun Indonesia seperti tim nasional sebuah cabang olahraga yang membela nama Indonesia. Ia mengatakan, pemain-pemain yang masuk tim nasional pun biasanya tidak hanya berasal dari tim yang menjuarai kejuaraan di dalam negeri. Dalam konteks politik, Airlangga menilai sistem tersebut bakal menciptakan pelaksanaan Pemilu yang membahagiakan, bukan yang memecah belah bangsa.

"Perbedaan kita hanya pada tanggal 14 Februari pada saat masyarakat memilih, mencoblos, sesudah itu kita kembali bersama-sama," kata Airlangga.

Airlangga mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi persimpangan, antara sukses menjadi negara maju atau tetap berada pada middle income trap.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved