Sosok Inspiratif
PROFIL Ganjar Pranowo, Perjalanan Hidup Pedagang Bensin Eceran yang Melesat Jadi Capres 2024
Ganjar Pranowo lahir di Karanganyar, Jawa Tengah pada 28 Oktober 1968 dari latar belakang keluarga yang serba biasa.
TRIBUNLOMBOK.COM - Siapa kini yang tak mengenal nama Ganjar Pranowo?
Sosok yang digadang-gadang menjadi Bakal Calon Presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Namanya terpilih sebagai Capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan diumumkan langsung oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, pada Jumat, 21 April 2023.
Dalam berbagai cek ombak yang dilakukan lembaga survei, elektabilitas Ganjar Pranowo selalu unggul dan tak pernah lepas dari posisi tiga besar, biasanya disusul Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Baca juga: Awal Kisah Cinta Kylie Jenner dan Timothee Chalamet, Serta Status Terkini dengan Travis Scott
Ganjar Pranowo membangun karir politiknya tidak sebentar. Artinya, namanya bisa dikenal besar seperti sekarang bukan hasil strategi instan apalagi sulapan.
Ganjar Pranowo lahir di Karanganyar, Jawa Tengah pada 28 Oktober 1968 dari latar belakang keluarga yang serba biasa.
Bahkan, dalam standar ekonomi pada masanya, keluarga Ganjar bisa dibilang hidup pada garis kemiskinan.
Ayahnya, S Parmudji adalah seorang polisi berpangkat rendah, sedangkan ibunya merupakan ibu rumah tangga.
Baca juga: KISAH WNI Fatimah Menang Lomba di Jepang, Boleh Bawa Pulang Piala Asal Bayar Pajak ke Bea Cukai
Namun di tengah keterbatasan itu, keluarganya tetap mendorongnya maju dengan menempuh pendidikan formal.
Ganjar mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Tawangmangu, kemudian sempat pindah ke SDN 1 Kutoarjo mengikuti lokasi dinas ayahnya.
Lulus dari bangku SD, Ganjar remaja melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kutoarjo yang kini menjadi SMPN 3 Kutoarjo.
Semasa remaja inilah Ganjar, yang kini berambut putih itu, giat membantu ibunya berjualan bensin eceran di toko kelontong sederhana milik ibunya.
Mau tidak mau, mereka melakukan itu untuk menopang perekonomian keluarga.
Baca juga: Disinggung Jokowi Jadi Cawapres Ganjar, Prabowo Subianto: Saya Capres, Partai Saya Kuat
Lulus SMP, ganjar melanjutkan perjalanan akademiknya di Yogyakarta dengan bantuan kakak tertuanya, Kunto dan kakak iparnya, Ika.
Ganjar disekolahkan di SMA 1 BOPKRI Yogyakarta di tahun 1980-an. Kemudian lulus pada akhir dekade 1980-an.
Tak seperti saat SD dan SMP, masa SMA menjadi roda nasib yang lain bagi Ganjar.
Pada masa ini ia mulai aktif berorganisasi, masuk PMR, Pramuka, termasuk OSIS.
Ia banyak berjejaring bahkan sampai ia melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Ganjar selalu militan mencari teman.
Karir Politik
Ganjar Pranowo mulai mengenal ideologi perjuangan sejak menjadi mahasiswa dan tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Selain organisasi nasionalis itu, Ganjar juga aktif sebagai anggota pers mahasiswa hingga pecinta alam.
Pada tahun 1992, saat dirinya masih berstatus mahasiswa, Ganjar bergabung sebagai kader PDI-P.
Ia memilih PDI-P yang saat itu menjadi oposisi rezim Orde Baru, dan sejalan dengan semangat perjuangannya saat itu, yakni reformasi.
Ganjar Pranowo lulus dengan membawa keluar sarjana hukum pada tahun 1995.
Ia kemudian mencoba peruntungan sebagai konsultas pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sebuah perusahaan swasta.
Meski terbilang sudah profesional di bidang konsultan, ganjar memutuskan pensiun pada tahun 1999.
Ia memantapkan diri menekuni politik praktis pada tahun 2002. Saat itu ia mendapat kesempatan menjadi Deputi I Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat (Badiklatpus) PDI-Perjuangan.
Kader yang dekat dengan Presiden Jokowi ini juga menjadi anggota Bidang Penggalangan Panitia Pemenangan Pemilu Pusat pada tahun berikutnya.
Mulai Jadi Pejabat Publik
Ganjar Pranowo mulai menempati jabatan publik pertamanya sebagai anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P periode 2004-2009.
Menghadapi tekanan politik pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu berkuasa, tak lantas membuat Ganjar Pranowo gentar.
Justru dirinya semakin berani melayangkan berbagai kritik tajam, yang membuat karir politiknya kian melesat.
Tahun 2005 bersama Agus Tjondro, Ganjar mengkritik Presiden SBY karena dianggap tak melaksanakan UU Nomor 36 tahun 2004 tentang APBN tahun 2005.
Ia juga tak ragu melakukan otokritik, yakni terhadap DPR, saat mereka berlarut-larut gagal menyepakati dua materi dalam RUU Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD pada Februari 2008.
Ganjar menyambung jabatannya di kursi DPR pada periode 2009-2013. Dia kian mematangkan kritik terhadap kepemimpinan SBY yang juga memasuki periode kedua.
Keberaniannya terbukti dengan terlibat menjadi tim ad hoc DPR untuk mengusut kasus Bank Century.
Habis masa jabatannya di DPR, Ganjar ditugaskan PDI-P maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018.
Pada periode pertamanya, Ganjar dipasangkan dengan Hero Sudjatmoko yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Purbalingga.
Pasangan ini menang dengan perolehan suara 48,82 persen rakyat Jawa Tengah, meninggalkan petahana Bibit Waluyo-Sudjiono Satroatmodjo yang memperoleh 30,26 persen suara.
Ganjar mengungkapkan, kemenangan itu didorong tiga faktor, yakni kekuatan partai yang solid dan efektif, dukungan sukarela, dan kehendak masyarakat yang ingin perubahan.
Pada Pilada periode keduanya, Ganjar menang 58,78 persen suara dibandingkan penantangnya, Sudirman Said-Ida Fauziah.
Selama menjabat di jabatan publik itu, Ganjar mendapat sejumlah penghargaan, di antaranya Anugerah Pataka Paramadhana Utama Nugraha Koperasi 2013, Kepala Daerah Inovatif untuk kategori layanan publik di tahun 2014.
Ia juga menjadi tokoh media radio Jawa Tengah (2015) dan pemerintah daerah dengan tingkat kepatuhan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) terbaik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2017.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.