Wisata Lombok

Wisata Budaya di Desa Adat Ende Lombok: Belajar Alat Musik Tradisional Genggong hingga Peresean

Desa Adat Ende merawat tradisi kesenian tradisional Peresean hingga alat musik tradisional Genggong

Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Seorang wisatawan asing berjalan mengunjungi Desa Adat Ende di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (11/1/2023). Desa Adat Ende merawat tradisi kesenian tradisional Peresean, alat musik tradisional Genggong, hingga rumah yang berlantai kotoran sapi. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Desa Adat Ende sangat kental dengan kelestarian budaya meski memasuki era modern.

Desa adat di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, NTB ini menjadi tempat wisata budaya.

Penduduk Desa Adat Ende 100 persen beragama Islam dengan mata pencaharian penduduk sebagai petani, peternak, dan perajin kesenian.

Ciri khas rumah warga Desa Adat Ende ini adalah menggunakan kotoran sapi sebagai lantai dan bahan untuk mengepel atau membersihkan rumah.

Ketua Pokdarwis Desa Adat Ende Tantowi Surahman mengungkapkan, penduduk Desa Adat Ende ini terkenal sangat pandai dalam menenun atau dalam bahasa Suku Sasak dikenal dengan nama nyensek.

Baca juga: Wisata Pantai Semeti di Lombok Tengah: Lokasi, Rute, Tiket, Fasilitas, Jam Buka hingga Spot Foto

Nyensek ini juga merupakan prasyarat bagi gadis Suku Sasak Lombok agar ia bisa menikah.

Aktivitas menenun ini dapat ditemukan di depan teras rumah penduduk.

Desa Adat Ende ini sangat kaya dengan budaya mulai dari alat musik tradisional hingga kesenian tradisional.

Salah satunya adalah alat musik Genggong yang terbuat dari pelepah daun enau dan dimainkan dengan cara ditiup.

Alat musik genggong ini harus dimainkan secara berpasang-pasangan yang terdiri dari suara tinggi (Genggong lanang) dan suara rendah (genggong wadon).

"Teknik memainkannya di sini bukan hanya sekedar ditiup namun ada unsur lain yang dilakukan melalui tarik ulur tali senar dan berpadu dengan perasaan," jelas Tantowi Surahman saat diwawancara TribunLombok.com.

Desa Adat Ende merawat tradisi kesenian tradisional Peresean.

Peresean dimainkan dua orang pemuda saling beradu ketangkasan dengan senjata tongkat rotan dan perisai.

Rotan inilah yang digunakan untuk menyerang lawan main sedangkan perisai digunakan untuk menghindari serangan lawan.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved