Berita Lombok Timur
Dinkes Lombok Timur Ungkap Kekeliruan Masyarakat Hingga Pemerintah Terhadap Stunting
Di Indonesia sekarang yang banyak dalam kategori stunting bukan hanya pendek saja namun juga overweight atau kelebihan berat badan
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT) mengupas tentang stunting dan pengaruhnya pada Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penguatan kapasitas pada jurnalis ke-10 itu diselenggarakan di Lesehan Sekar Asri, Desa Sekarteja, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Senin (5/12/2022).
Adapun pemateri diisi oleh Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur Pathurrahman.
Saat ini stunting menjadi satu problem setiap negara utamanya di indonesia.
Baca juga: Harga Bahan Pokok di Lombok Timur Masih Terkendali Jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023
Dalam upaya pemberantasan stunting berbagai regulasi dan inovasi tercipta, pun begitu juga dengan di Kabupaten Lombok Timur.
Namun rupanya masih banyak masyarakat hingga pemangku kebijakan yang belum sepenuhnya paham tentang stunting.
Pada kesempatan tersebut Pathurrahman yang juga merupakan Doktor lulusan S3 Universitas Indonesia (UI) ini mengungkapkan kekeliruan segelintir masyarakat hingga pemangku kebijakan tentang stunting.
Hingga tak jarang salah persepsi tentang stunting tersebut justru mengakibatkan kesalahan dalam penanganan hingga regulasi yang akan dijalankan.
"Jangan ada wartawan Lombok Timur yang bilang stunting itu penyakit, stunting itu kalau dalam bahasa ilmiahnya malnutrisi (kekurangan gizi)," ucapnya.
Pathurrahman merinci setidaknya malnutrisi itu ada 3 di antaranya overweight, kurus atau wasting, dan juga pendek atau stunting.
Di Indonesia sekarang yang banyak dalam kategori stunting bukan hanya pendek saja namun juga overweight atau kelebihan berat badan.
Permasalahan yang banyak dihadapi sekarang, kata Pathurrahman, yakni setiap orang pendek disebut stunting.
Dimana sebenarnya tidak semua orang pendek itu disebut stunting.
Pengertian yang paling pas tentang stunting ini, dijelaskan Pathurrahman yakni adalah panjang badan tidak sesuai dengan umur yang disebabkan karena kurang gizi dan penyakit dalam kandungan sampai berumur 2 tahun.
"Secara keilmuan gizi anak yang stunting akan mengalami wasting atau kurus terlebih dahulu hingga kemudian menyebabkan gagal tumbuh pada anak," jelasnya.
Hingga kasus yang ditakutkan dalam stunting yakni dapat menyebabkan gagal metabolisme, di mana kejadiannya makanan yang ada tidak bisa diolah oleh tubuh si anak.
Langkah Penanganan
Hingga kemudian apa langkah supaya anak tidak Stunting?
Pertama adalah memastikan si ibu jangan kekurang gizi hingga mengalami penyakit.
Sebab hal itu akan juga berdampak pada janin hingga istilah stunting yang mempengaruhi adalah mengenai kurangnya gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Baca juga: PKH di Lombok Timur Bantu Tekan Angka Stunting dan Kemiskinan
"Caranya adalah, pemerintah melalui Posyandu yang harus di perhatikan adalah ibu dan anak Balita," ungkapnya.
Kasus stunting di indonesia menjadi perhatian serius.
Alasannya pertama mengenai dampak dan juga banyaknya anak atau jumlah anak yang mengalami stunting.
"Dampak yang paling fatal adalah otak, dimana hal itu akan mengakibatkan kognitif pada anak," urainya.
Stunting juga akan mempengaruhi perkembangan SDM.
"Contoh jika prestasinya rendah, dia tidak lulus sekolah, hingga menikah, kemudian akan mengarah pada potensi anaknya juga akan stunting," tuturnya.
Stunting juga akan beresiko melahirkan beberapa penyakit lanjutan, diantaranya obesitas.
"Oleh karenanya bayangkan jika stunting tidak dicegah maka akan melahirkan generasi yang tidak sehat. kemudian jumlah anak yang mengalami stunting akan meningkat," demikian Pathurrahman.
Ketua FJLT Lombok Timur Rusliadi mengatakan, penguatan kapasitas tentang stunting penting utamanya bagi para wartawan.
"Ini penting supaya pemberitaan tentang stunting itu semua mengena, hingga apa yang didapatkan informasinya bisa langsung mengarah ke masyarakat dengan sebaik baiknya dan se benar benarnya," tutupnya.
(*)