Berita Politik NTB
Pilkada NTB 2024 Diperkirakan Jadi Sejarah Baru, Pengaruh Milenial dan Generasi Z Diperhitungkan
Didu kemudian mengutip data KPU untuk Pemilu 2019, jumlah pemilih muda mencapai 70-80 juta jiwa dari 193 juta pemilih.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6 memprediksi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di NTB pada 27 November 2024 akan diwarnai fenomena kemunculan vote getter dari kalangan milenial dan generasi Z multi talenta.
Hal ini dipicu seiring meningkatnya kesadaran politik masyarakat, khususnya kaum muda/milenial dan generasi Z dalam mengawal dan mengawasi konstestasi Pilkada.
"Kalangan milenial dan generasi Z yang multi talenta akan menjadi kiblat baru dalam mendulang perolehan pundi suara konstestan Pilkada NTB lewat konten kreatif dan operasi teritorial lainnya," kata Direktur Mi6 , Bambang Mei Finarwanto kepada awak media pada Sabtu, (25/9/2022).
Pria yang akrab disapa Didu ini mengatakan, peningkatan partisipasi pemilih di NTB, khususnya dari kalangan pemilih pemula/milenial dan generasi Z dari total 3.753.096 jumlah pemilih di seluruh kabupaten/kota di NTB mencerminkan keberhasilan edukasi civic education (pendidikan civic) oleh stakeholder di NTB mempromosikan pendidikan politik yang benar di masyarakat.
Baca juga: KPU NTB Ajukan Anggaran Pilkada 2024 Rp377 Miliar, Wagub Harap Semua Tahapan Sukses dan Aman
"Sekadar ilustrasi, sejumlah survey menunjukkan pemilih pemula/milenial dan generasi Z dengan rentang usia 17-37 tahun diprediksi menjadi kelompok pemilih terbesar di Pemilu 2024. Ini artinya posisi tawar milenial dan generasi Z cukup signifikan dalam mempengaruhi persepsi pemilih," tandas Didu.
Didu kemudian mengutip data KPU untuk Pemilu 2019, jumlah pemilih muda mencapai 70-80 juta jiwa dari 193 juta pemilih.
Ini artinya 35 persen-40 persen pemilih muda/milenial mempunyai kekuatan besar dalam mempengaruhi jumlah perolehan suara para konstestan.
"Maka tak heran, dalam Pilkada serentak di NTB 2024 mendatang, anak muda/milenial kreatif banyak terlibat dalam strategi kampanye dengan menggunakan berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok dan sejenisnya dalam memback up paslon yang diendors," ujar pria mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB ini.
Baca juga: Mahally Fikri Siap Bertarung di Pilkada Lombok Barat 2024

Kombinasi Vote Getter Milenial dan Generasi Lama
Didu menggarisbawahi keterlibatan milenial dan generasi Z di Pilkada NTB akan menjadi tantangan tersendiri bagi vote getter generasi lama yang masih mengandalkan daya tawar politik patron klien karena semata-mata kekuatan status sosial dan citra baik yang dimilikinya.
"Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi 4.0 tentu terjadi pergeseran cara pandang dan persepsi votters dalam meraih dukungan suara dengan metode konvensional yakni mengandalkan vote getter dari sisi ketokohan. Untuk Pilkada 2024 perlu dikombinasikan dengan memanfaatkan sentuhan teknologi informasi yang akrab dengan kaum milenial dan generasi Z," ulas didu.
Didu melanjutkan kekuatan karakter berpolitik milenial dan generasi Z umumnya lebih mengedepankan pada faktor moral hazard yakni mereka lebih mempercayai insting hitam putih dalam menilai paslon.
Tidak semata-mata kepentingan politik atau interest lainnya.
"Di sinilah letak pertarungan image sesungguhan antara vote getter milenial/ generasi Z vs Vote Getter lama dlm mendulang perolehan suara yang berbeda ceruknya," imbuhnya.
Sejarah Baru Politik Etis Pilkada NTB 2024
Didu menambahkan dalam perspektif politik, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di NTB 2024 akan menjadi sejarah baru politik etis kepala daerah di NTB dalam memunculkan kepemimpinan yang demokratis dan egaliter.
Hal ini terkait suasana psikologis dan ekspektasi paslon Pilkada 2024 yang berbeda dibanding pilkada era sebelumnya.
"Pilkada serentak 2024 secara substansi dan tata aturan masih sama dengan pilkada sebelumnya, Tapi secara politik, ada hal yang berbeda yakni adanya Plt/Penjabat Kepala Daerah di NTB."
"Keberadaan Plt/Penjabat yang menggantikan sejumlah Kepala Daerah di NTB yang telah telah purna tugas menimbulkan harapan baru terciptanya Pilkada yang jurdil dan transparan," katanya
Terkait politik etis, Didu menjelaskan Plt/Penjabat Kepala Daerah di NTB tentu ingin dikenang sebagai wasit yang baik dan netral dalam mengawal proses konstestasi Pilkada NTB agar legitimasi politiknya tidak terciderai.
"Dalam konteks ini, kebijakan politik etis para Plt/Penjabat di NTB yang tidak memihak perlu diimbangi dengan menempatkan pejabat bawahannya (bila diperlukan) yang Right man on the Right Place merupakan harapan publik agar kontestasi Pilkada NTB 2024 berjalan fair dan tidak ada asumsi minor," pungkasnya.
(*)