Berita Lombok Tengah
Bak Bumi dan Langit, Kehidupan 30 Kepala Keluarga di Belakang Sirkuit Mandalika Alami Keterasingan
30 kepala keluarga tersebut merupakan warga dusun Ebunut, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah yang bertahan hidup di belakang Sirkuit Mandalika.
Penulis: Sinto | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Material-material rumah yang dipakai juga cukup sederhana, bahan bangunan berupa kayu hingga atap sudah tampak lapuk.
Fasilitas kamar mandi mereka dibuat seadanya, kamar mandi mereka hanya dikelilingi oleh kain saja.
Material rumah banyak menggunakan bambu dan kayu-kayu yang didapatkan dari bahan alam.
Berdasarkan penuturan dari Amaq Murdianto (53) warga Dusun Ebunut yang masih bertahan di belakang Sirkuit Mandalika mengungkapkan, dirinya saat ini memang tinggal di tanah salah satu warga.
Amaq Murdianto memang diberi tinggal secara sukarela karena jika ia tidak tinggal di sana, kemungkinan dusun tersebut akan mati.
"Di sini banyak juga penduduk yang tinggal menumpang saja. Mereka diberi tinggal sukarela oleh pemilik tanah," jelas Amaq Murdianto.
Semenjak keberadaan sirkuit, Amaq Murdianto justru merasa perekonomian semakin sulit.
Hal ini karena ia tidak diberikan akses keluar masuk lewat terowongan sirkuit.
Setiap pergi ke pasar atau melakukan mobilitas lainnya, para penduduk harus melewati jalan lain dengan waktu tempuh lima kali lipat jauhnya.
"Ekonomi semakin sulit. Tempat mengembala semakin berkurang dan akses jalan semakin jauh," terang Amaq Murdianto.
Sementara itu, bantuan yang diberikan juga tidak pernah mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
Bagi mereka saat ini, hal paling penting yang mereka inginkan adalah dibukanya kembali terowongan Sirkuit Mandalika agar dimudahkan akses menuju ke sekolah, pasar ataupun tempat kerja.