Berita Lombok Tengah
Perang Timbung di Lombok Tengah, Tradisi Ungkap Syukur Hasil Panen Berlimpah
Tradisi ini dilaksanakan dengan melemparkan Timbung (sejenis lemang) yang telah dipersiapkan sehari sebelumnya
Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Masyarakat di Lombok memiliki ragam tradisi untuk merayakan berbagai hal.
Adapun tradisi suku Sasak di Lombok yakni Perang Timbung.
Perang Timbung ini berupa aksi para pemuda saling serang tanpa menggunakan senjata melainkan makanan.
Tradisi Perang Timbung masih dilaksanakan dan dapat dijumpai di Desa Pejanggik, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah.
Baca juga: Tradisi Unik di Makam Keramat Embung Puntik Lombok Tengah, Peziarah Keliling 9 Kali Sebelum Masuk
Tradisi ini dilakukan pada setiap tahun di Desa Pejanggik dan pada tahun ini dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2022.
Tradisi ini dilaksanakan pada bulan 4 menurut penanggalan adat Sasak dan ditandai dengan berbunganya pohon Dangah yang ada di kompleks makam Serewa.
Tradisi ini dilaksanakan dengan melemparkan Timbung (sejenis lemang) yang telah dipersiapkan sehari sebelumnya.
Timbung adalah ketan berisi santan yang dimasukkan kedalam ruas bambu.
Di dalamnya sudah dilapisi dengan daun pisang, dan dibakar sekitar 6-7 jam dan benar-benar matang.
Timbung inilah yang nantinya digunakan sebagai sarana utama dalam pelaksanaan tradisi Perang Timbung.
Dalam tradisi ini masing-masing peserta saling lempar timbung, baik yang ada di atas (kompleks makam Serewa) maupun di bawah di pinggir jalan dan berusaha agar lemparannya dapat mengenai sasaran.
Timbung ini tidak dibuat semata-mata untuk keperluan perang saja.
Melainkan juga untuk dinikmati bersama dan bahkan diberikan kepada pihak yang telah menyumbangkan sangkal.
Baca juga: Mengenal Gendang Beleq dalam Tradisi Nyongkolan Suku Sasak Lombok
Tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk perwujudan rasa syukur karena hasil panen yang cukup melimpah.