Wawancara Khusus
Suhardi Soud: KPU Harus Berani Masuk ke Ruang yang Disenangi Anak Muda
Hingga hari ini telah hampir 20 tahun Suhardi Soud berkhidmat menjaga napas demokrasi yang berkualitas.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Dion DB Putra
Kemudian nanti di bulan Oktober ada pemutakhiran data pemilih, di tahun ini juga akan mulai membuka pendaftaran DPD. Ini yang sedang kita persiapkan.
KPU menyiapkan regulasi, PKPU itu kan harus disampaikan ke DPR untuk mendapatkan masukan, diuji publik supaya legal draftingnya bisa dipertanggungjawabkan.
Pemutakhiran data pemilih sudah kita mulai dari daftar pemilih berkelanjutan. Kita setiap bulan sudah mengupdate data pemilih terbaru berdasarkan siklus bulanan.
Kita menganut data continue, di samping nanti ketika masuk pemutakhiran data pemilih di bulan Oktober, maka itu sudah menjadi tahapan pemiliknya. Kita akan mempersiapkan perangkat hingga ke desa untuk memutakhirkan data pemilih.
Pak Suhardi bisa update kepada Tribunners mengenai jumlah pemilih terakhir di NTB?
Posisi kita di angka 3,7 juta ya.
Dibanding data pemilu sebelumnya ada peningkatan berapa persen?
Ada peningkatan, kita belum melakukan (pendataan) secara masif. Kita masih terus melakukan koordinasi dengan lembaga negara yang lain, kita belum langsung turun ke masyarakat.
Misalnya dengan kementerian pendidikan, dinas-dinas terkait, dengan Ponpes, Kemenag, kita baru meramu dari informasi yang sudah ada.
Tetapi nanti ketika proses yang sudah ada itu kita tentu akan masif sampai ke desa-desa, kita akan menggunakan sistem informasi. Sekarang bisa dicek melalui aplikasi Lindungi Hakmu.
Anak-anak muda sekarang atau yang lain bisa mengecek. Saya tinggal di mana, terdaftar di TPS mana, sudah terdaftar atau belum. Kalau dulu kan kita harus cek ke kelurahan.
Tapi sekarang sudah enggak begitu. Teknologi harus bisa memberikan supporting yang kuat dalam menerjemahkan regulasi.
Jadi, salah satu hal penting dibandingkan dengan pemilu yang lalu adalah sentuhan teknologinya supaya memudahkan pemilih terutama anak muda. Ini yang harus terus-menerus disosialisasikan.
Iya betul karena kalau pemilu tidak masuk ke tend dunia, ini bisa ditinggalkan. Lebih lagi kalau penyelenggaranya tidak memanfaatkan teknologi informasi.
Untuk pemilu 2024, target partisipasi pemilih di NTB seperti apa?