Berita Lombok Tengah

Sapi Banyak Mati Diduga Akibat PMK, Peternak di Dusun Ketangar Lombok Tengah Rugi Puluhan Juta

Peternak di dusun Ketangar pun berencana akan menjual sapi-sapi yang masih hidup untuk mengantisipasi agar tidak terkena penyakit

Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Ternak sapi di Dusun Ketangar, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Peternak sapi di Dusun Ketangar, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah akibat penyakit mulut dan kuku.

Juendi, seorang peternak yang sudah 3 tahun memelihara sapi harus rela buntung pada tahun ini.

Ssatu ekor sapi dewasa miliknya dihargai mulai dari Rp 10 juta sampai Rp 15 juta.

Tetapi harganya menjadi anjlok sejak penyakit mulut dan kuku (PMK) melanda ternaknya.

Baca juga: Belasan Sapi di Dusun Ketangar Lombok Tengah Mati: Awalnya Flu, Kaki Bernanah, hingga Badan Lemas

Keberadaan wabah ini membuat peternak harus rela menjual sapi mereka yang mati tersebut dengan harga murah.

Satu induk sapi dewasa mereka jual dengan harga Rp 5 juta.

Sementara, untuk anak sapi mereka akan langsung menguburkan anak sapi tersebut.

"Pokoknya selama bulan Juni ini sudah 15 ekor sapi yang sudah meninggal dunia. Sementara tujuh hari terakhir ini sudah 5 ekor sapi yang meninggal dunia," jelasnya saat diwawancarai TribunLombok.com Rabu, (22/6/2022).

Para peternak di dusun Ketangar pun berencana akan menjual sapi-sapi yang masih hidup untuk mengantisipasi agar tidak terkena penyakit.

Meskipun harganya turun drastis mereka mengaku lebih mendapatkan keuntungan daripada membiarkan sapi dijual dalam keadaan mati.

"Semua peternak di sini masih kebingungan belum mendapat obat yang tepat. Jadi kami berencana menjual meskipun harga murah," tuturnya.

Baca juga: Diduga Karena PMK, Satu Dari Enam Sapi Warga Kecamatan Aikmel Mati

Juendi mengaku, dirinya dan peternak lainnya sebelumnya sudah mendatangkan dokter hewan untuk menangani penyakit tersebut.

Namun hingga kini obat tersebut belum ada reaksi bahkan sapinya sendiri masih sakit sampai saat ini.

"Saya harap ada perhatian pemerintah mengenai penyakit sapi ini. Kami kebingungan harus bagaimana karena belum ada obatnya disini," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved