Opini
Membaca Pesan Politik Surya Paloh dan Partai Nasdem
Rakernas itu seperti memberi kembali harapan kepada rakyat Indonesia di tengah kebingungan menghadapi akrobatik politik di Tanah Air.
Situasi politik semakin chaos manakala pejabat yang berstatus pembantu atau pesuruh presiden pun ikut meramaikan bursa presiden. Mereka memanfaatkan jabatan dan fasilitas negara untuk merintis jalan menuju Istana.
Secara terselubung maupun terang-terangan. Kita tidak tahu, entah apa yang merasuki pikiran mereka.
Pernah Gagal
Paloh bukan tidak pernah tergiur jabatan presiden. Tahun 2004, semasa masih di Golkar, Paloh menginisiasi dan ikut Konvensi Partai Golkar untuk memilih bakal calon Presiden.
Waktu itu saya mewawancarainya secara khusus dan menuliskan jalan pikirannya yang " out of the box".
Maksudnya, ia ingin mengubah stigma Golkar dari partai " tertutup" menjadi partai modern. Yang membuka pencalonan sosok pemimpin bangsa di luar Partai Golkar.
Paloh kalah dalam Konvensi Golkar 2004 itu. Tapi, itu tak membuatnya jera memperjuangkan perlunya menemukan sosok negarawan untuk memimpin negara.
Karena sulit mengubah watak Golkar lama yang sudah berkarat, Paloh pun meninggalkan partai itu. Tahun 2011 ia mendirikan Partai Nasdem. Lewat Nasdem, Paloh leluasa memperjuangkan ide yang out of the box itu.
Dia pun menemukan hal yang diidamkannya sejak dulu : ternyata ada pada diri Anies Baswedan, Andhika Pratama dan Ganjar Pranowo.
Kebetulan dua dari tiga nama yang itu klop dengan aspirasi luas rakyat Indonesia. Nama- nama itu sejak dua tahun lalu sudah bertengger di papan atas, sudah diuji berkali- kali oleh pelbagai lembaga survei.
Pemilu memang masih lama, dua tahun lagi. Tapi marketing Rakernas Nasdem luar biasa. Mempercepat masyarakat memberi perhatian pada pesta demokrasi sekali lima tahun itu.
Menempatkan Paloh sebagai seorang Enterpreuner kampiun. Ibarat produser film, Paloh jauh- jauh hari sudah "membooking" artis papan atas untuk membintangi film produksi terbarunya.
Dalam dunia film dunia maupun Indonesia, produser film yang punya kontrak eksklusif dengan artis papan atas, sama dengan sudah mengantongi seluruh hasil penjualan karcis bioskop sebelum syuting mulai.
Sang produser akan menjadi kiblat seluruh penyalur film bioskop dunia serta distributor penayangan untuk media televisi. Posisi kiblat akan membuat seluruh biaya produksi film akan mengalir dari para distributor.
Bukankah posisi Anies dan Ganjar adalah aktor superstar dalam politik kita?