Opini
Membaca Pesan Politik Surya Paloh dan Partai Nasdem
Rakernas itu seperti memberi kembali harapan kepada rakyat Indonesia di tengah kebingungan menghadapi akrobatik politik di Tanah Air.
Teletubbies
Saya mengenal Surya Paloh cukup lama. Hanya "casingnya" yang kelihatan beringas. Hanya geram suaranya yang menyeramkan. Watak aslinya cukup elastis, santun, termasuk dalam berpolitik. Masih di usia muda Paloh sudah duduk di parlemen.
Tapi posisi itu tak membuat pencarian nilai - nilai ideal berbangsa dan bernegara berhenti.
Paloh membangun industri pers untuk memberdayakan pilar keempat demokrasi.
Surat Kabar pertamanya, "Prioritas" yang disebutnya sebagai media perlawanan bahkan turut menjadi korban keganasan rezim Orde Baru.
Media itu dibreidel ketika masih seumur jagung. Kejadian itu membuatnya semakin matang. Paloh tidak mutung.
Dia bangkit lagi membangun industri media, menerbitkan "Harian Media Indonesia" dan mendirikan "Metro TV", televisi berita pertama di Indonesia.
Setelah itu dia mendirikan Partai Nasdem pada tahun 2011. Pemilu 2024 nanti merupakan pesta demokrasi ketiga kali diikuti Nasdem. Dan, terbukti benar : dia tidak menjadikan Nasdem sebagai tumpangan pribadinya untuk meraih kursi di pucuk kekuasaan. Kurang apa?
Paloh Ketua Umum, dia pendiri dan pemilik Partai Nasdem. Dengan latar belakang itulah sikap politik putra Aceh kelahiran Medan ini selalu menarik diikuti. Paloh tidak menggunakan Partai Nasdem untuk menyalurkan syahwat kekuasaan politiknya.
Itu yang membedakan dia dengan kebanyakan elit politik dan pimpinan parpol di Tanah Air yang tampak berlaku baru sebatas politikus dan bukan negarawan.
Lihat saja betapa kacaunya iklim pilitik yang diciptakan para pilitikus itu satu dasawarsa ini. Berebutan mengincar jabatan ketua umum Parpol untuk tunggangan meraih kekuasaan. Kalau perlu dengan lewat cara yang mengerikan.
Kompetisi dijadikan gelanggang untuk saling mengenyahkan, saling "membunuh".
Memang ada juga laku politikus yang bikin kita geli. Paling menggelikan ketika tiga pimpinan partai mengumumkan pembentukan koalisi baru. Yang foto- foto elitnya mirip "teletubbies", viral di media sosial.
Bagaimana koalisi itu bisa meyakinkan rakyat sementara kita tahu watak mereka serupa Indian yang terkenal dengan ungkapan "All Indian,Chief. Alias, semua Indian adalah Kepala Suku.
Masih segar dalam ingatan, bukankah ada jejak digital mereka secara sendiri-sendiri yang menginginkan duduk di kursi presiden.