Fenomena Full Moon Super, Petani Tambak di Bima Merugi Ratusan Juta

Petani tambak di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) menanggung rugi mencapai ratusan juta rupaih karena Fenomena Full Moon Super.

Penulis: Atina | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ATINA
Kondisi tambak di Kabupaten Bima, saat diterjang banjir pesisir atau rob pada Selasa (14/6/2022). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Petani tambak di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), lagi-lagi harus menanggung rugi. 

Kali ini nilai kerugian bahkan mencapai ratusan juta, karena bibit bandeng yang baru sepekan dimasukan ke tambak, sudah lenyap setelah diterjang banjir pesisir atau Rob. 

Pantauan TribunLombok.com di kawasan tambak Kecamatan Palibelo Bima, jumlah tambak yang diterjang rob ini mencapai ratusan hektar. 

Syamsudin warga Palibelo mengaku, Rob sudah menerjang sejak awal pekan lalu. 

Akan tetapi debit tertinggi, terjadi dua hari terakhir yakni pada Senin kemarin, hingga hari ini, Selasa (14/6/2022). 

Baca juga: Disnakertrans Lotim Soroti Penempatan PMI, Berikut 65 Negaranya

Baca juga: Banjir Rob Makin Tinggi, Penerbangan di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima Ditunda

Syamsudin mengungkap, dirinya baru saja memasukkan 500 ekor bibit bandeng baru. 

Namun kini bisa dipastikan, tidak ada yang tersisa lagi karena pematang tambak miliknya sudah jebol. 

"Saya beli bibit itu mulai dari harga lima ribu, hingga tujuh ribu. Dikalikan saja 500 ekor, segitulah kerugian saya," ungkapnya. 

Syamsudin tidak sendiri, Con warga Desa Talabiu juga bernasib sama dengan Syamsudin. 

Sejak pagi hari, ia mencoba menambal pematang tambaknya agar tidak jebol dan lebih tinggi lagi. 

Tapi hingga air laut pasang sekira pukul 10.20 WITA, usahanya sia-sia karena air tetap menerjang dan menutupi seluruh areal tambak miliknya. 

Baca juga: Rob Melanda Kawasan Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Jadwal Penerbangan Tak Terganggu

Con baru saja memasukkan 700 ekor bibit bandeng dan kini tidak tersisa satu ekor pun. 

Termasuk indukan yang siap panen, juga raib sejak dijebol Rob beberapa hari terakhir. 

Ketika ditanya langkah antisipasi lain, seperti pemasangan jaring, menurut Con itu percuma. 

Pasalnya, jaring-jaring tersebut akan hancur juga karena arus laut yang pasang cukup deras sehingga tidak mampu menahan. 

"Percuma. Kami sudah coba semua cara, tidak ada yang bisa diselamatkan," ujarnya dengan nada sesal. 

Satu-satunya cara yang bisa ditempuh lanjut Con, yakni dengan bronjong dan peninggian talud sungai pada sisi utara kawasan tambak dan bandara. 

"Sekitar 100 meter per tahun, saya rasa bisa. Hanya itu satu-satunya cara," kata Con. 

Ditambahkannya, pemerintah tidak hanya membantu petani tambak tapi juga membuat posisi bandara aman di masa depan. 

"Sekarang saja, air laut sudah masuk ke bandara sejak kemarin. Bagaimana tahun depan dan seterusnya. Jadi ini bukan masalah kami saja," tegasnya.

(*) 

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved