Lapas Lombok Barat

Batik Motif Sirkuit Mandalika, Ekspresi Rindu dan Cinta Daerah dari Balik Jeruji

12 warga binaan mengkreasikan seni lukis mereka dalam bentuk kerajinan batik tulis. Produk ini menjadi salah satu unggulan Lapas

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA
BATIK MOTIF SIRKUIT - Potret batik motif Sirkuit Mandalika karya warga binaan Lapas Lombok Barat. Para warga binaan di Lapas Lombok Barat justru memiliki kegiatan positif dan kreatif. Mereka menyalurkan bakat melukis ke atas kertas putih, yang kemudian diubah menjadi batik bernilai ekonomis tinggi. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Kehidupan di balik jeruji yang sering kali digambarkan penuh kekerasan dan keterbatasan, ternyata tidak berlaku bagi para narapidana atau warga binaan di Lapas Kelas IIA Lombok Barat.

Para warga binaan di Lapas Lombok Barat justru memiliki kegiatan positif dan kreatif. Mereka menyalurkan bakat melukis ke atas kertas putih, yang kemudian diubah menjadi batik bernilai ekonomis tinggi.

Pantauan TribunLombok.com pada peringatan Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2025, menunjukkan, sedikitnya 12 warga binaan mengkreasikan seni lukis mereka dalam bentuk kerajinan batik tulis. Produk ini menjadi salah satu unggulan Lapas Lombok Barat.

Dengan cekatan, tangan-tangan mereka menggenggam pensil batik, mencoret kain putih yang bukan sekadar media, tetapi memuat gambar indah penuh makna.

Sebagian besar dari para pembatik ini sebelumnya adalah seniman tato. Mereka diberdayakan dalam Lapas dan diarahkan untuk mengembangkan keterampilan seni mereka.

Salah satu produk unggulan adalah batik tulis bermotif Sirkuit Mandalika, yang dibuat dengan hati dan kecintaan terhadap kampung halaman.

“Batik motif Sirkuit Mandalika ini punya makna tersendiri, kita tidak bisa pergi menonton, namun bisa kita bayangkan sedang berada di sirkuit kebanggaan Indonesia itu melalui gambar batik motif sirkuit ini,” ujar salah seorang warga binaan yang enggan disebutkan namanya saat ditemui TribunLombok.com, Kamis (2/10/2025).

Ia menambahkan, kegiatan membatik menjadi bentuk ekspresi rasa cinta terhadap daerah. Meski dicap sebagai "orang bermasalah", mereka tetap manusia yang memiliki rasa dan perasaan.

“Kadang saat membatik juga kesedihan tiba-tiba saja muncul, serasa ingin keluar membawa liburan keluarga ke sirkuit, namun apa daya, lewat batik saya tumpahkan kesedihan saya ini,” pungkasnya.

Kepala Lapas Lombok Barat, M. Fadli, mengatakan kerajinan membatik di dalam Lapas kini tidak hanya menjadi program rehabilitasi, tetapi juga menghasilkan batik berkualitas yang mampu bersaing di pasar dan bernilai ekonomis tinggi.

Terdapat dua motif batik yang telah dikenal luas: motif sirkuit dan motif lumbung, yang keduanya mencerminkan kekhasan budaya Lombok.

“Motif tersebut telah didaftarkan hak ciptanya ke Kementerian Hukum,” kata Kalapas.

Proses produksi batik melibatkan sekitar 12 warga binaan, dimulai dari pembuatan pola, proses mencanting, pengeringan, hingga pemasaran. Usaha ini dimulai sejak tahun 2022, dan dalam kurun waktu tiga tahun, telah menghasilkan produk yang diterima baik oleh masyarakat.

“Waktu yang cukup banyak bagi warga binaan di dalam Lapas untuk aktualisasi kreatifitas mereka, sehingga hasil kerajinan mereka ini memiliki nilai ekonomi tinggi. Tentunya juga dengan kualitas yang dihasilkannya juga terbilang baik,” ungkapnya.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved