Mengenal Upacara Nyunatan ala Masyarakat Suku Sasak Lombok: Anak Wajib Dimanjakan

Acara Nyunatan atau khitanan  masyarakat suku Sasak Lombok memiliki prosesi yang panjang

Penulis: Sinto | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TribunLombok.com/Sinto
Suasana upacara Nyunatan dalam masyarakat suku Sasak Lombok yang diiringi dengan musik gendang beleq untuk menghilangkan trauma si anak 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Berbicara mengenai tradisi dan budaya masyarakat suku Sasak Lombok memang tidak akan pernah ada habisnya.

Masyarakat suku Sasak Lombok memiliki berbagai jenis tradisi yang digelar dengan berbagai tujuan dan makna tertentu.

Termasuk dalam acara Nyunatan atau khitanan  masyarakat suku Sasak Lombok yang memiliki prosesi panjang.

Anak yang akan disunat dalam masyarakat suku Sasak Lombok dibuat sebahagia mungkin.

Baca juga: Misi Ungkap Situs Kuno Suku Sasak Lombok: Paranormal, Arkeolog, Hingga Legislator Terlibat

Anak-anak tersebut dikenakan pakaian adat serba baru dan kualitas terbaik.

Berbagai pakaian adat mulai dari sapuq (ikat kepala), godeq nungkek (baju adat), bebat (ikat pinggang), keris dan berbagai aksesoris lainnya akan dikenakan pada anak yang dikhitan tersebut.

1

Mereka akan sangat dimanjakan dan orang tua anak akan berusaha memenuhi apapun keinginan anak.

Usai anak memakai pakaian adar, kemudian akan diarak keliling kampung.

Baca juga: Gubernur NTB: Jaga Warisan Budaya, Generasi Sasak Harus Tetap Mengikuti Perkembangan Zaman

Pantauan Tribunlombok.com, anak yang dikhitan diarak menggunakan kuda yang terbuat dari kayu.

Anak-anak akan diiringi oleh warga setempat dan menggunakan pakaian adat yang telah dikenakan tadi.

Mereka mengitari perkampungan warga sebagai bentuk rasa syukur telah dikaruniai anak laki-laki.

Anak yang diarak tersebut menggunakan kuda dari kayu tersebut dikenal dengan istilah praja.

Usai anak tersebut diarak keliling kampung, mereka selanjutnya dibawa ke tetaring atau tenda yang terbuat dari bahan alam dalam tradisi masyarakat suku Sasak Lombok.

Di sana, tukang sunat atau mantri sudah bersiap dengan alat medis untuk melakukan khitan.

Saat anak dikhitan mereka akan diiringi dengan alat musik gendang beleq agar anak tidak trauma saat dikhitan.

Para tamu undangan yang datang akan memberikan selamat dan berbagai mainan kepada si anak yang dikhitan.

Sementara itu, Inaq Almi masyarakat desa Sade Lombok Tengah yang menggunakan kuda untuk arak-arakan anaknya mengaku cukup puas dengan tradisi Bejaran atau berkuda tersebut.

Hal ini karena bejaran untuk menyenangkan anaknya ini dilakukan hanya sekali dalam seumur hidup.

Oleh karenanya, ia tidak mempermasalahkan biaya yang dikeluarkan meskipun menghabiskan hingga puluhan juta rupiah.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved