Mengenal Ngajuq, Tradisi Masyarakat Suku Sasak Lombok Kumpulkan Kayu Bahan Bahan Bakar Resepsi
Acara Ngajuq, yang merupakan tradisi masyarakat suku Sasak Lombok untuk mengumpulkan kayu sebagai bahan bakar pernikahan
Penulis: Sinto | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Masyarakat suku Sasak di Lombok terutama di kawasan Mandalika masih terbilang cukup kental dalam melestarikan adatnya.
Dalam acara adat yang skalanya besar mereka biasanya akan bergotong royong dalam menyelesaikan setiap ritual adat.
Termasuk acara Ngajuq, yang merupakan tradisi masyarakat suku Sasak Lombok untuk mengumpulkan kayu sebagai bahan bakar untuk membuat berbagai masakan ketika pernikahan tiba.
Acara Ngajuq ini diikuti oleh seluruh warga se-dusun bersama-sama untuk mencari kayu bakar yang sudah mati di hutan.
Baca juga: Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Mamben Lombok Timur di Hari Lebaran
Kayu yang sudah mati dan lapuk tersebut itu ditebang menggunakan mesin pemotong kayu atau secara manual menggunakan parang atau gergaji.
Mereka sudah membagi tugas masing-masing mulai dari yang menebang kayu dan memotong kecil-kecil biar lebih mudah diangkut.
Orang yang dituakan bertugas untuk memotong kayu dan memilih pohon mana yang boleh ditebang.
Sementara itu, anak muda bertugas mengangkut kayu tersebut ke truk yang sudah bersiaga dijalan raya.
Baca juga: Gubernur NTB Kagumi Tradisi Ngejot di Lombok Timur, Sebut Sarat Nilai Adab Anak pada Orang Tua
Dalam satu kali resepsi pernikahan, jumlah kayu yang dibutuhkan hingga dua sampai tiga truk kayu.
Kebutuhan kayu dengan jumlah yang banyak ini dikarenakan prosesi adat pernikahan suku Sasak yang terbilang cukup lama.
Namun kebutuhan kayu yang paling banyak ini adalah saat resepsi pernikahan selama dua hari.
Hal ini karena mereka harus memasak nasi dan lauk pauk dalam jumlah yang besar.
Ribuan undangan yang hadir nantinya akan dihidangkan makanan yang telah dibuat oleh tukang masak atau dalam bahasa Sasak dikenal dengan istilah Ran.
Berdasarkan pantauan Tribunlombok.com dalam acara Ngajuq, tuan rumah yang mengadakan resepsi akan mengumumkan lewat TOA atau speaker masjid satu hari sebelum acara ngajuq.
Hal ini dilakukan untuk memberitahu masyarakat yang rumahnya diperbatasan atau terletak jauh dari rumah orang yang akan melaksanakan resepsi.
Selanjutnya mereka berkumpul pada pagi hari dimana masing-masing orang membawa parang.
Sementara itu, tugas dari kaum wanita adalah mereka menyiapkan masakan untuk para laki-laki yang telah mengambil kayu di hutan.
Para wanita akan memasak sayur-sayuran yang terdapat dilingkungan sekitar.
Mulai dari pepaya, nangka, kacang panjang dan lain sebagainya yang notabene masih banyak terdapat di lingkungan dan didapatkan secara gratis.
Memasak ini diperlukan karena pria yang Ngajuq ini lapar setelah mengeluarkan tenaga berkeringat mengambil kayu dihutan.
Tradisi Ngajuq ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat suku Sasak di Lombok hingga saat ini.
Apalagi bulan Syawal merupakan bulan yang menjadi kebiasaan dari pemuda dan pemudi Suku Sasak Lombok untuk melangsungkan pernikahan.
(*)