Pacuan Kuda di Bima
Soal Meninggalnya Joki Cilik Pacuan Kuda di Bima, Ini Tanggapan Gubernur NTB
Gubernur NTB Zulkieflimansyah disentil budayawan di Media sosial (medsos) soal eksploitasi anak yang terjadi di pacuan kuda Bima.
Penulis: Atina | Editor: Lalu Helmi
Seperti batas usia, klasifikasi kuda dan penunggang, serta sertifikasi atau kelayakan joki.
Gayung bersambut, sentilan Paox direspon langsung oleh akun Gubernur NTB Zulkieflimansyah pada kolom komentar.
Orang nomor satu di NTB itu menjawab, Kalau panitia harusnya disiplin menerapkan persyaratan keamanan dan kesehatan harus lengkap tersedia.
“Tapi, persoalan joki cilik ini memang pelik. Melarangnya pasti akan dapat tantangan keras atas nama kebiasaan dan budaya,” kata gubernur.
Pria yang akrab disapa bang Zul ini mengaku, sebenarnya sedang terjadi perubahan secara perlahan dengan semakin banyaknya kuda-kuda besar yang dipacu di NTB.
Dengan demikian, klasifikasi joki harus diterapkan sesuai dengan ukuran kuda berdasarkan standar nasional.
“Semakin besar kudanya, maka joki harus besar pula," ujarnya.
Ketika standar nasional mulai diberlakukan lanjut bang Zul, maka saat itu nggak ada lagi joki-joki cilik itu.
Standar nasional itu ketat menyangkut berat joki, usia, peralatan joki dan beberapa syarat lainnya.
(*)