Opini
Tuan Guru Bajang: Kacamata Agama dan Negara
Sebagaimana yang sering ia sampaikan, "keindonesian dan keagamaan berada dalam satu tarikan nafas".
Prolog yang disampaikan TGB tak mengawang-awang. Ia menjelaskan secara rigit tentang relasi bangsa dan agama dalam konteks hari ini.
Setelahnya, ia mulai masuk kepada soal muktamar NWDI.
Berdasar sejumlah persoalan yang telah ia ejawantahkan, kegiatan muktamar, kata TGB, merupakan bagian penting dalam konteks peneguhan komitmen.
"NWDI harus terus bekhidmat di tengah umat, agar nilai-nilai agama bisa terus memandu kita," ujar peraih Bintang Mahaputra Utama itu.
Tema besar yang dibawa NWDI dalam muktamar tersebut yakni "Berkhidmat untuk umat, membangun Indonesia maju".
"Terima kasih, mungkin itu sekedar bunga rampai perjumpaan, kita perbanyak dialog," kata ulama sekaligus umara itu.
Dalam konteks hari ini, isu-isu SARA lazim digunakan sebagai alat pemecah belah kerukunan di tengah umat. Pesan apa yang hendak disampaikan Tuan Guru Bajang terkait hal tersebut? Energi apa yang ingin ditularkan NWDI?
Secara mendasar, kata TGB, dirinya dan NWDI menganut manhaj atau konsep dakwah Ahlussunah Waljamaah. Konsep ini mengedepankan kearifan dalam berdakwah, dialog, saling menghormati antar seluruh elemen yang berbeda.
Secara konsisten, TGB mengajak seluruh elemen bangsa yang heterogen untuk menyadari bahwa 1) perbedaan merupakan sunnatullah; 2) perbedaan adalah jalan berfastabiqulkhoirot, memberi kontribusi yang terbaik; 3) jalan untuk saling mengisi.
TGB menyoroti khusus soal narasi atau konten dakwah keagamaan yang tak jarang menimbulkan pertentangan, friksi, hingga konflik di tengah masyarakat.
TGB menganalogikan, "Jika bangsa Indonesia ini ibarat manusia, maka tulang belakangnya adalah persaudaraan antar elemen bangsa".
Kalau tulang belakang ini kuat, kata TGB maka ia bisa menopang apapun.
Baca juga: Febrian Ceritakan Kisah di Balik Buku Tuan Guru Bajang dan Covid-19
Baca juga: Bedah Buku Inspiratif Tuan Guru Bajang dan Covid-19
Jika isu-isu SARA, atau sentimen keagamaan diarahkan untuk hal-hal yang dapat memancing timbulnya kegaduhan, maka itu sama artinya dengan melemahkan tulang belakang.
Berikutnya, Tuan Guru Bajang menjelaskan ihwal moderasi islam (islam moderat); Islam Wasthiyah. Pemahaman TGB akan konsep Islam yang ramah dan Indonesia teramat matang. Sebagaimana yang sering ia sampaikan, "keindonesian dan keagamaan berada dalam satu tarikan nafas".
Islam dan Indonesia ini, kata TGB tidak untuk dibenturkan.