Budayawan Sumbawa Paparkan Filosofi Beras dalam Penganan Adat

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Galan Rezki Waskita 

TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA - Budayawan Sumbawa H. Hasanuddin paparkan filosofi beras dalam adat dan tradisi budaya Sumbawa. 

Dalam seluruh lingkup budaya, beras adalah makanan pokok. 

Namun di luar itu, beras adalah simbul kesuburan dan jiwa sosial. 

Baca juga: Garap Film Budaya Ponan, LINKKAR dan Budayawan Sumbawa Adakan FGD dengan Masyarakat Poto

Baca juga: Rute Menuju Sirkuit MXGP Sumbawa dari Pelabuhan Poto Tano, Nikmati Pemandangan Eksotis

"Dengan beras kita membayar (zakat) fitrah, dengan beras kita memberikan pada orang badea (barter), dengan beras pula kita menjembatani kekurangan orang yang lainnya dan sebagainya," kata lelaki yang kerap di sapa Ace ini, (8/3/2022). 

Paparan tersebut disampaikan Ace saat mengisi Focus Group Discussion (FGD). 

FGD yang digagas Lembaga Analisis dan Kajian Kebudayaan Daerah (LINKKAR) ini bertema pembuatan film budaya Sadeka Ponan. 

Diskusi ini dilakukan di Kantor Desa Poto, bersama Pihak Desa, kecamatan dan Praktisi Film Sumbawa. 

Adapun filosofi beras yang disampaikan H. Ace adalah terkait bahan utama penganan yang disajikan dalam gelaran adat Sadeka Ponan. 

Disamping itu, H. Ace juga menjelaskan keistimewaan di beras ketan. 

beras jenis ini cukup lengket dibandingkan beras biasa. 

Beras ini memiliki sifat perekat seperti lem. 

"Jadi perekat hubungan sosial. Jadi mesti dipakai. Menjadi penguat hubungan sosial dan kekerabatan," terangnya. 

Selain itu H. Ace juga menjelaskan filosofi kelapa. 

Kelapa secara budaya dipandang sebagai saripati. 

Saripati adalah simbol kenikmatan dan kenyamanan. 

"Sehingga kalau mau nikmat, campurkan kelapa. Ini simbul nikmat," Jelas H. Ace.

(*)