Wawancara Khusus

Wahid Supriyadi: Rusia Punya Sistem Rudal 27 Kali Lebih Cepat dari Suara

Wilayah barat tidak akan arogan membantu Ukraina yang sedang diinvasi oleh militer Rusia.

Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS
Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi. 

Apakah nantinya militer Rusia akan menguasai Ukraina secara fisik atau hanya ingin Presiden Volodymyr Zelensky jatuh?

Jadi sebenarnya tujuannya mengganti pemimpin yang pro Rusia. Di masa lampau Ukraina pernah dipimpin seorang pemimpin yang pro Rusia yaitu Viktor Yanukovich.

Cuma sebetulnya waktu Yanukovich memimpin Ukraina dipilih secara demokratis sehingga waktu itu Rusia juga tidak senang. Sebenarnya intinya invasi ini bukan mencaplok Ukraina, tetapi memberikan pelajaran.

Presiden Putin ketika berpidato terkait penyerbuan Ukraina menyebut Presiden Ukraina seorang narkobais dan neo nazi, maksudnya apa ini?

Itu bahasa politis, tapi memang latar belakangnya dia ini seniman, komedian. Dia populer dan kebetulan yang sebelumnya Petro Poroshenko tidak perform.

Kenyataannya ketika Zelensky menjadi Presiden Ukraina juga tidak membawa kemajuan. Awalnya juga dia negosiasi dengan Rusia, tapi cenderung ingin ke barat. Ini yang saya kira Putin tidak suka.

Analisis Anda mengapa Republik Chechnya memberikan dukungan penuh kepada Rusia menginvasi Ukraina?

Chechnya ini negara bagian yang ingin menunjukkan masih loyal kepada Putin, makanya dikirimkan tentara-tentara. Saya sendiri pernah datang ke sana waktu itu masih baru mulai recover.

Banyak terjadi pembangunan di Chechnya lewat bantuan Moskow. Ada semacam kabah yang dibangun oleh Putin.

Padahal Chechnya dulu ingin memisahkan diri dari Rusia tapi kemudian saya lupa ayahnya Kadyrov dibunuh dan kemudian Chechnya dibantu habis-habisan oleh Putin.

Ada tidak peluang Indonesia menjadi bridging untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina melalui jalur diplomasi?

Peluang ada, tapi tidak mudah, apalagi Putin kalau sudah punya keinginan. Menlu kita (Bu Retno) sudah komunikasi rutin dengan Menlu Rusia.

Kita berteman baik, sama dengan Ukraina. Jadi negeri besar pun tidak bisa mempengaruhi seorang Putin. Memang posisi kita dialog, tapi tidak mudah.

Apalagi sedang pandemi. Susah sekali melakukan pertemuan tatap muka (offline).

Kita realistis saja, ini bukan perkara mudah. Memang kendalanya banyak, walaupun Putin dan Pak Jokowi chemistry-nya bagus sekali.

Waktu tahun 2016 saya ada di sana (Rusia) treatment-nya beda dengan sembilan kepala negara ASEAN. Pak Jokowi diberikan satu hari khusus untuk pertemuan bilateral, yang lain antre nunggu.

Berarti ini memang kepentingan lain bagi Rusia, walaupun bisa kita bantu selesaikan perang, tapi pasti takes time. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Simak wawancara khusus di sini

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved