MotoGP Mandalika 2022

Pengrajin Rotan Gunungsari Lombok Barat Siapkan Motif Baru Jelang MotoGP Mandalika 2022

Pengrajin Rotan Gunungsari, Lombok Barat menyiapkan motif baru menjelang MotoGP Mandalika 2022

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBYAN ABEL RAMDHON
Sukiman duduk di bawah lampu hasil kerajinan rotannya, di teras rumahnya di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Minggu (30/1/2022). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARATPengrajin Rotan Gunungsari, Lombok Barat menyiapkan motif baru menjelang MotoGP Mandalika 2022.

Sejak 1980 kawasan Jalan Raya Tanjung, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat telah menjadi pusat kerajinan rotan dan bambu yang terkenal.

Berbagai hasil kerajinan kursi, meja, keranjang parsel, dan lampu dipamerkan para pengrajin dalam etalase pertokoan maupun halaman rumah.

Sukiman (51), pengrajin rotan yang telah melakoni profesinya sejak 1996 pernah meraup keuntungan Rp25 juta hingga Rp35 juta per bulan.

“Kalau sekarang sih mulai menurun, tapi sepuluh juta dapat kok masih,” bebernya Minggu (30/1/2022).

Dari semua hasil kerajinan yang dijualnya, Sukiman mengungkapkan ayunan dan lampu bayi punya tingkat laku paling tinggi.

Baca juga: Patio Jungle View, Kafe Hidden Gem di Sudut Lombok Barat

Baca juga: 4 Rekomendasi Wisata di Lombok Barat, dari Pantai Hingga Hutan

Menurut pengamatannya, maraknya tren bisnis coffee shop meningkatkan kesempatan penjualan furnitur.

“Ada yang saya bikin sendiri, ada yang ambil dari Jawa, rata-rata orang-orang di sini juga beli dari saya,” jelasnya, memperlihatkan koleksi set kursi dan meja.

Adapun rata-rata harga kerajinan yang dijualnya berkisar pada Rp300 ribu hingga Rp100 ribu untuk lampu.

Kemudian Rp600 ribu hingga Rp900 ribu satu set kursi meja.

Untuk setiap produksinya, pria kelahiran Solo itu dapat menghabiskan 50 kilogram rotan.

Rotan ini dibelinya dari petani setempat maupun yang ada di Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.

Ia mengungkap alasannya lebih banyak memilih membuat kerajinan rotan ketimbang bambu.

Yakni karena kulitas ketahanan.

Meski baginya, bambu tidak memakan biaya produksi yang lebih besar dibandingkan rotan.

“Rotan, kalau dipasang dalam rumah itu bisa 5 tahun lebih. Tapi kalau kena cuaca panas atau hujan, ya kurang dari satu tahun,” ucapnya.

Selama menghasilkan kerajinan, Sukiman rutin mencari refrensi inovasi untuk bentuk karyanya di Facebook.

Seiring perkembangan jaman, menurutnya, setiap karya harus diperbaharui baik motif dan kualitasnya.

Pascatahun baru 2022, kini para pembeli mulai berdatangan kembali.

Ia sendiri telah mempersiapkan produksi untuk jumlah banyak dan motif-motif baru menjelang event MotoGP Mandalika 2022

“Paling banyak orang Bima dan Sumbawa kalau lokal, tapi sekarang kembali mulai ramai turis-turis itu,” ujarnya.

Meski sempat mengalami kesurutan omzet selama pandemi 2 tahun terakhir, pria 2 anak itu tidak berpikir untuk beralih profesi.

Ia mengatakan bahwa bisnis yang telah digelutinya sejak tahun sembilan puluhan itu kini menjadi bagian penting dari hidupnya.

“Saya sudah menjiwai ini, mungkin saya akan terus berkarya sampai tua nanti,” pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved