Kecelakaan Maut Balikpapan
Penjual Kue Korban Kecelakaan Balikpapan Tewas Sambil Genggam Dagangan, Anak Sendiri Tutupi Jaket
Seorang penjual kue bernama Fatmawati (41) menjadi salah satu yang menghembuskan nafas terakhir akibat kecelakaan besar itu.
TRIBUNLOMBOK.COM - Kecelakaan maut Balikpapan meninggalkan duka bagi keluarga korban tewas.
Seorang penjual kue bernama Fatmawati (41) menjadi salah satu yang menghembuskan nafas terakhir akibat kecelakaan besar itu.
Ia yang tengah mengantarkan kue diantar putranya tewas di lokasi kejadian.
Korban kecelakaan maut, Fatmawati (41) meninggalkan 3 orang anak bernama Resita (20), Muhammad Baihaqi (18) dan Aurel (13).
Anak pertama Fatmawati, Resita tak menyangka bahwa sang ibunda dan adik laki-lakinya terlibat dalam kecelakaan maut yang juga menelan nyawa sang ibu.
"Kaget juga sekalinya bukan kecelakaan biasa, luar biasa malahan," tuturnya.
Baca juga: Babak Baru Penyelidikan Kecelakaan Balikpapan, Polisi Buka Peluang Jerat Pengusaha Pemilik Truk
Baca juga: Sempat Diisukan karena Rem Blong, Polisi Lihat Indikasi Gagal Rem Penyebab Kecelakaan Balikpapan
Resita mengaku sempat kalang kabut dan tak tahu kemana tubuh sang ibu yang ternyata telah tak bernyawa (meninggal di tempat) dibawa.
"Aku sempat ke Klinik Ibnu Sina dan RSUD Beriman tapi ternyata Mama itu langsung dibawa ke RS Kanujoso Djatiwibowo menggunakan pikap yang kebetulan melintas di situ juga," katanya.
"Karena memang ambulans nggak ada yang ready di situ pada saat itu," tambahnya.
Pada saat kejadian kecelakaan lalu lintas maut yang melibatkan sang ibu dan sang adik tersebut, Resita mengaku sedang menyiapkan keperluan suaminya yang akan berangkat bekerja.

"Saya lagi ngurusin suami pada saat dikabarin itu, kok tumben Handphone (Hp) saya tiba-tiba bunyi pagi-pagi karena nggak pernah ada yang menghubungi saya sepagi itu, ternyata sepupu saya, anaknya bu Ratna," jelasnya.
Resita menjelaskan setiap harinya ibunda memang berjualan kue dan mengantarkan ke beberapa tempat di Balikpapan, contohnya di Borobudur dan Pandansari.
"Ibu itu setiap hari memang jualan kue, nggak pernah libur," katanya.
"Pada saat meninggal itu pun katanya si Abi, Mama masih menggenggam plastik kue yang mau dititipkan ke Pasar Pandansari," lanjutnya.
Ia menambahkan, tangan ibunda baru dilepaskan dari plastik kue yang terus digenggamnya hingga nyawanya tak terselamatkan dan meninggal dunia di atas aspal itu, ketika akan dinaikkan ke pikap dan dilarikan ke RSKD.