Corona di Indonesia

Laura Yamani: Taat Prokes dan Vaksinasi Kunci Hadapi Ancaman Varian Baru Omicron

Itulah sebabnya, menaati protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi sangat penting untuk mencegah Covid-19 termasuk varian baru Omicron atau B.1.1.529.

Editor: Dion DB Putra
Freepik
Ilustrasi. Menaati protokol kesehatan dan vaksinasi sangat penting untuk mencegah Covid-19 termasuk varian baru Omicron atau B.1.1.529. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Omicron sebagai varian baru Covid-19 yang mengkhawatirkan.

Itulah sebabnya, menaati protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi sangat penting untuk mencegah Covid-19 termasuk varian baru Omicron atau B.1.1.529.

“Vaksin menjadi salah satu upaya selain prokes. Jadi, keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dilepaskan satu sama lain dalam kondisi pandemi Covid-19,” kata pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani, Rabu 1 Desember 2021.

Baca juga: Indonesia Perlu Tingkatkan Surveilans Genomik untuk Mendeteksi Ancaman Omicron

Baca juga: BIN Daerah NTB Gencarkan Vaksinasi Covid-19 Kedua

Laura Yamani mengatakan, Omicron masih tahap investigasi. Sejauh ini belum bisa dipastikan perubahan karakteristik virus yang bermutasi.

Menurut Laura, apapun variannya bisa dicegah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan ( prokes).

“Prokes masih menjadi kunci yang ampuh saat ini untuk mencegah Covid-19 maupun varian Covid-19,” tandasnya.

Dikatakannya, vaksin bisa tidak efektif dengan adanya varian baru. Namun sampai saat ini belum ada varian yang menyebabkan vaksin tidak efektif.

“Sedangkan prokes bisa mencegah terjadinya penyebaran varian Covid-19 atau pun tidak,” ujarnya.

Laura menilai positif keputusan pemerintah menerapkan kebijakan PPKM Level 3 pada periode libur Natal dan tahun baru.

“PPKM Level 3 sebagai upaya antisipasi tidak hanya Nataru, tetapi juga adanya kemunculan varian Omicron,” kata Laura.

Pemerintah menyiapkan sejumlah langkah guna mengantisipasi varian Omicron. Salah satunya, pelarangan masuk untuk warga negara asing (WNA) yang memiliki riwayat perjalanan selama 14 hari terakhir ke negara Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambique, Eswatini, Malawi, Angola, Zambia, dan Hongkong.

Untuk warga negara Indonesia (WNI) yang pulang ke Indonesia dan memiliki riwayat perjalanan dari negara-negara tersebut akan dikarantina selama 14 hari.

Pemerintah juga akan meningkatkan waktu karantina bagi WNA dan WNI yang dari luar negeri di luar negara-negara yang masuk daftar pelarangan itu menjadi 7 hari dari sebelumnya 3 hari.

Sebelumnya, pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai surveilans genomik masih sangat rendah hanya 0,2 persen dari total kasus sekuensi.

Menurutnya, angka ini masih di bawah Afrika Selatan yang dapat mendeteksi varian baru Omicron.

"Ini tentu bila dibandingkan dengan kondisi ancaman masih kurang. Kemampuan surveilans genomik kita mesti ditingkatkan paling tidak mendekati satu persen," tutur Dicky dalam dialog bertemakan 'Tunda Liburan Untuk Keselamatan Bersama, Selasa 30 November 2021.

Surveilans genomik merupakan upaya pelacakan dan pemantauan genom virus corona untuk mencegah meluasnya penyebaran virus.

Pelacakan tersebut akan menjadi penentu intervensi kesehatan yang perlu dilakukan.

Rendahnya surveilans genomik RI tidak sejalan dengan upaya pemerintah memitigasi risiko gelombang ketiga.

"Afrika Selatan mereka sudah 0,8 persen kemampuan empat kali dari Indonesia. Sementara Singapura sudah mencapai empat persen," tutur Dicky.

Dicky menekankan apabila surveilans genomik menjadi perhatian serius pemerintah maka Presiden Joko Widodo akan lebih punya kepercayaan diri menghadapi ancaman Omicron.

Ia menambahkan varian Omicron ini menjadi satu manfaat pengingat bagi seluruh masyarakat bahwa pandemi belum selesai.

"Sekali lagi momentum saat ini di tengah pelandaian harus kita apresiasi dan satu sisi harus kita waspadai. Karena cenderung kalau melandai orang mulai abai. Ketika vaksinasi sudah 80 persen orang mulai merasa enggak perlu masker tidak hanya di Indonesia tapi di Australia demikian," tuturnya.

Selain meningkatkan surveilans genomik, cara yang bisa dilakukan mengetahui varian Omicron sudah ada di tanah air dengan melacak pelancong atau kru pesawat dari atau ke negara-negara Afrika.

"Cari orang yang datang atau pergi ke negara-negara itu selama sebulan terakhir, sejak awal November hingga akhir November, termasuk kru pesawatnya," ungkap Dicky.

Hal ini akan membantu mencari tahu apa Indonesia masih aman atau sudah kemasukan varian Omicron. Upaya 3T yang berupa tracing, testing, dan treatment serta 5M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas harus terus dilakukan pemerintah.

"Pengabaian terhadap 5M membuat kita semakin berisiko. Ketika abai 5M dan ada varian baru, itu cepet banget penularannya," ucapnya.

Vaksinasi juga masih sangat penting ditingkatkan apalagi cakupan vaksinasi 40 persen yang ditargetkan WHO masih jauh.

Berita lain mengenai corona di Indonesia

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com berjudul Epidemiolog Universitas Airlangga: Vaksin dan Taat Prokes Kunci Hadapi Varian Omicron

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved