Rupi'ah dan Mahmudi Tak Menyangka Dapat Bantuan dari Gubernur Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo datangi rumah guru SLB Negeri Semarang, akan bantu renovasi rumah hingga janji akan belikan kasur baru
TRIBUNLOMBOK.COM, SEMARANG – Menangkupkan kedua tangan, pasangan suami istri Rupi’ah (65) dan Mahmudi (75) tak henti mengucap syukur.
Tangis bahagia tak terbendung, berkali-kali mereka menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Tepat pada peringatan Hari Guru, Kamis 25 November 2021, Ganjar datang ke rumah Rupi’ah dan Mahmudi di Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang.
Ganjar datang ke rumah sederhana itu sebab di tempat itu tinggal satu di antara pahlawan tanpa tanda jasa yang telah bertahun-tahun mengabdikan hidupnya pada bangsa.
Dialah Gunawan Ardiyanto. Anak ketiga Rupi'ah dan Mahmudi yang menjadi guru honorer di SLB Negeri Semarang.
"Owalah pak, ngimpi nopo kulo (mimpi apa saya). Maturnuwun pak," ucap Rupi'ah sambil terus menangis sesenggukan.
"Mpun mboten usah nangis (sudah jangan menangis). Niki griyone, kulo mlebet njih (ini rumahnya, saya masuk ya)," kata orang nomor satu di Jateng itu.
Baca juga: Ganjar Pranowo Minta Para Bupati dan Wali Kota Memperhatikan Gaji Guru Honorer
Ganjar pun langsung masuk ke rumah Gunawan didampingi Rupi'ah dan Mahmudi.
Rumah yang ditempati Gunawan dan orang tuanya itu sangat sederhana. Atapnya banyak berlubang, dinding retak dan memprihatinkan. Tak ada perabot mewah dalam rumah itu.
Ganjar berjalan sampai ke dapur. Saat menuju dapur, ia melintas di kamar tidur dengan kasur sederhana yang sudah tipis. Tumpukan baju berserakan di atasnya.

Di dapur kondisinya tak lebih baik. Bangunan bagian belakang rumah itu hampir roboh dan kondisinya berantakan.
"Mangke dibantu nggih mbah, dibangun omahe (nanti dibantu, rumahnya dibangun). Kersane luwih nyaman (biar lebih nyaman). Niki kamare njenengan mbah, lha kamare mas Gunawan sing pundhi (ini kamarnya nenek? Lha kamarnya Gunawan yang mana)," tanya Ganjar.
"Niko pak, ngapunten kamare kadhos meniko (maaf kondisinya seperti ini). Kasure atos pak (kasurnya keras pak). Pak mbok kulo ditumbaske kasur sing mentul-mentul (saya mau dibelikan kasur yang empuk)," pinta Rupi'ah.
Ganjar tertawa mendengar permintaan sederhana Rupi'ah. Ia langsung mengiyakan permintaan perempuan yang sehari-hari bekerja di pasar itu.
Ia berjanji membelikan kasur dua buah, satu untuk Rupi'ah dan Mahmudi, satu lagi untuk Gunawan.