Pesan Damai Panglima Poso, Kiai Adnan: Cerita Pilu Itu Jangan Sampai Terulang

Konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah menjadi catatan kelam Bangsa Indonesia.

(Dok. Panitia Bedah Buku)
PESAN DAMAI: Mantan panglima Poso, Kiai Adnan Arsal (kiri) bicara dalam keterangan pers, Jumat (17/9/2021). (Dok. Panitia Bedah Buku) 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah menjadi catatan kelam Bangsa Indonesia.

Konflik yang menyisakan luka dan kepedihan mendalam itu harus dijadikan pelajaran berharga.

Jangan sampai cerita-cerita pilu seperti itu terulang di masa mendatang.

Akibat konflik tersebut, stigma negatif Poso sebagai daerah konflik terlajur melekat di benak masyarakat.

Padahal Bumi Sintuwu Maroso kini sudah berbenah.

Poso menjadi daerah ramah nan asri.

Baca juga: BREAKING NEWS Selang 2 Jam Setelah Lombok Giliran Dompu & Bima Digoyang Gempa Magnitudo 3,0

Konflik sudah lama usai dan kedamaian sudah tercipta.

Untuk itu, tokoh muslim Poso Adnan Arsal berinisiatif bergerak melunturkan stigma negatif Poso.

Muhammad Adnan Arsal adalah tokoh sentral di proses perdamaian di Poso.

Ketika konflik melanda sejak 1998, dia diangkat warga muslim Poso sebagai panglima.

Perjuangan sang panglima, lengkap dengan pesan-pesan damainya ditulis apik Khoirul Anam, dalam buku "Muhammad Adnan Arsal, Panglima Damai Poso".

PESAN DAMAI: Mantan panglima Poso, Kiai Adnan Arsal (kiri) bicara dalam keterangan pers, Jumat (17/9/2021). (Dok. Panitia Bedah Buku)
PESAN DAMAI: Mantan panglima Poso, Kiai Adnan Arsal (kiri) bicara dalam keterangan pers, Jumat (17/9/2021). (Dok. Panitia Bedah Buku) (Dok. Panitia Bedah Buku)

Buku ini diterbitkan oleh Elex Gramedia, Jakarta.

Buku inilah yang akan dibedah di Pesantren Al Madinah, Bima, Sabtu (18/9/2021).

Dalam acara tersebut, Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer dijadwalkan hadir untuk memberikan key note speaker.

Acara tersebut juga akan diisi Ketua MUI Bima Abdurrahim Haris.

Penulis buku Khoirul Anam, perwakilan dari MUI Pusat Najih Arromdhoni.

Baca juga: Warga Diguncang Gempa Magnitudo 3,8 di Lombok Utara

Serta Ustaz Bunyamin selaku tuan rumah, dan Kiai Adnan Arsal sebagai narasumber utama.

Haji Adnan secara khusus meminta bedah buku dilakukan di Bima.

Sebab warga Bima memiliki banyak  jasa terhadap Poso.

"Dulu, saat saya nyatakan warga muslim di Poso dizalimi, banyak orang Bima yang datang dan membantu. Itu tak bisa saya lupakan seumur hidup," kata Haji Adnan, dalam jumpa pers di Hotel Marina, Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat (17/9/2021).

Sayangnya, beberapa dari mereka kini justru terlibat dalam gerakan ekstremisme.

Kiai Anan tegas menolak gerakan tersebut.

PESAN DAMAI: Mantan panglima Poso, Kiai Adnan Arsal (kiri) bicara dalam keterangan pers, Jumat (17/9/2021). (Dok. Panitia Bedah Buku)
PESAN DAMAI: Mantan panglima Poso, Kiai Adnan Arsal (kiri) bicara dalam keterangan pers, Jumat (17/9/2021). (Dok. Panitia Bedah Buku) ((Dok. Panitia Bedah Buku))

Ia bahkan menyebut orang-orang yang terlibat di dalamnya bukan lagi muridnya.

Hingga kini, tak kurang dari 25 warga Bima masih ada di Poso.

Sebagian dari mereka adalah santri-santri dari Ponpes Al Madinah.

Padahal tidak ada anjuran atau perintah untuk datang ke Poso dari ponpes.

"Kami tidak pernah meminta para santri untuk berangkat ke Poso, itu semua inisiatif mereka karena termakan hasutan pihak yang ingin Poso menjadi wilayah konflik berkepanjangan," ungkap Pengurus Ponpes Al Madinah Ustaz Bunyamin.

Lewat acara bedah buku tersebut, Haji Adnan ingin menegaskan bahwa konflik di Poso sudah selesai.

Karenanya tidak perlu diduplikasi di Bima, atau wilayah lain di Indonesia.

Ia juga berharap masyarakat secara keseluruhan dapat memahami bahwa kini Poso sudah menjadi daerah yang damai.

Baca juga: Gempa M 3,8 Guncang Lombok Timur, BMKG: Waspada Gempa Susulan

Baca juga: Kapal Nelayan Karam Dihantam Ombak di Pulau Moyo, Tim SAR Evakuasi 7 Orang Korban

Warga sedang membangun peradaban baru yang mengedepankan kemajemukan, moderasi, dan pendidikan.

Agar tidak mudah terhasut dengan ajakan-ajakan konflik horizontal di masa mendatang.

"Apa pun motifnya, tidak ada ruang untuk konflik di Poso, terlebih, di bumi Indonesia," ujar Ustaz Adnan.

Harapannya, dengan bedah buku tersebut, stigma negatif Poso sebagai daerah konflik akan luntur.

Masyarakat Indonesia dapat melihat Poso sebagai daerah yang aman dan nyaman.

"Bumi Sintuwu Maroso itu asri, sangat menarik untuk dikunjungi, bahkan ditinggali," tambah Khoirul Anam.

Hingga berita ini diturunkan, Buku Haji Adnan sudah menjadi best seller di banyak kota besar di Indonesia.

Berita terkini di NTB lainnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved