Berita Lombok
Gempa Hancurkan Ribuan Rumah, Warga Desa Rempek Lombok Utara Bangun Monumen Kubah Masjid
Pemerintah desa setempat membangun Monumen Gempa Bumi sebagai pengingat, monumen tersebut dibangun di lokasi bekas Masjid Nurul Huda yang roboh
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK UTARA - Gempa bumi dahsyat 5 Agustus 2018 tidak akan pernah dilupakan masyarakat Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kebupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bencana tersebut menjadi bencana terbesar sepanjang sejarah yang dialami kampung tersebut.
Sekitar 80 persen atau 2.000 lebih rumah warga rata dengan tanah akibat gempa bumi.
Baca juga: Warga Praya Mandi dan Mancing di Tengah Jalan, Protes Jalan Rusak di Samping Kantor Bupati
Ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan 22 orang warga meninggal dunia.
Gedung sekolah, kantor desa, dan rumah ibadah juga luluh lantak diguncang gempa.
Tonton Juga :
Pada malam gempa, tangis bayi dan susananya gelap menyelimuti kampung karena listrik padam.
Sebagian warga menahan lapar dan berjuang melawan dinginnya malam.
Baca juga: NTB Dilanda 121 Gempa Bumi pada Pekan Pertama Maret
Mereka tinggal berdesak-deskan di tenda seadanya.
Sementara gempa susulan terus menerus mengusik ketenangan warga kampung di kaki Gunung Rinjani ini.
Kini setelah dua tahun lebih, warga desa ini menata kembali kehidupan mereka.
Rumah-rumah rusak akibat gempa kembali berdiri.
Tapi memori tentang gempa dahsyat 7 skala Richter (SR) tersebut masih melekat di benak warga Desa Rempek.
Karena itu, pemerintah desa setempat membangun Monumen Gempa Bumi sebagai pengingat.
Monumen tersebut dibangun di lokasi bekas Masjid Nurul Huda yang roboh oleh gempa bumi.
Bentuk monumen ini sederhana. Terletak di pinggir jalan utama desa.
Bangunan monumen berupa kubah masjid tua.

Di belakang kubah dibangun tugu berisi nama-nama warga yang meninggal akibat gempa kala itu.
Kubah masjid yang dipakai merupakan kubah asli Masjid Nurul Huda.
Baca juga: Terdengar Dentuman Keras Misterius di Tengah Laut Bali: BMKG Sebut Bukan Gempa, LAPAN Duga Meteor
Posisi kubah sengaja dibangun miring. Persis seperti posisinya terakhir saat masjid ambruk, 5 Agustus 2018 silam.
Kemiringan kubah diubah sedikit pun.
Hal itu sebagai tanda dahsyatnya gempa kala itu.
Kepala Desa Rempek Rudi Artono menjelaskan, tujuan pemerintah desa membangun monumen gempa supaya generasi selanjutnya tidak melupakan bencana itu.
"Mengingatkan anak cucu kami, keturunan kami ke depan bisa mengambil pelajaran," katanya, Selasa (16/3/2021).
Salah satu pelajarannya agar generasi ke depan membangun rumah tahan gempa.
"Setiap membangun rumah, aspek rumah tahan gempa harus terpenuhi," ujarnya.
Mereka tidak ingin anak cucunya membangun rumah asal-asalan.
Monumen berbentuk kubah masjid karena lokasi tersebut merupakan bekas masjid Nurul Huda yang roboh.
"Masjid ini dipakai warga dari empat dusun," katanya.
Mulai dari Dusun Telaga Maluku, Dusun Sejuik, Dusun Telumpang Sanyar, dan Dusun Sambik Pondokan.
"Jamaah masjid ini dari empat dusun tadi," katanya.
Kubah asli Masjid Nurul Huda dipakai menjadi monumen karena memiliki nilai sejarah bagi warga desa.
Masjid tersebut merupakan masjid tua yang dibangun tahun 1970-an.
"Posisinya saat jatuh sedikit pun tidak kami ubah. Sesuai posisi aslinya saat gempa," katanya.
Area masjid tersebut tidak dipakai lagi.
Baca juga: Selalu Waspada, NTB Dilanda 68 Kali Gempa Bumi dalam Seminggu
Pemerintah desa berencana mendirikan museum kecil dan taman baca bagi anak-anak.
"Nanti mereka bisa belajar membaca buku, baca Alquran, dan belajar tentang gempa di sini," ujarnya.
Sementara masjid Nurul Huda kembali dibangun di lokasi lain. Lebih luas dan lebih besar.
(*)