Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM - Kondisi perjalanan Jemaah Calon Haji (JCH) Kota Mataram hingga kini terus dilakukan pemantauan ketat oleh Pemkot Mataram bersama dengan Kemenag Kota Mataram.
Pemantauan intensif mengingat distribusi jemaah haji menuju Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) tidak lagi berbasis kloter, melainkan berbasis syarikah (perusahaan penyedia layanan).
“Kita terus memantau dari grup WhatsApp yang ada, bersama IPHI, Kemenag, dan Kakanwil yang langsung menjadi pengawas haji disana,” ucap Asisten I Setda Kota Mataram, Lalu Martawang, setelah dikonfirmasi Senin (2/6/2025).
Pengawasan intens juga dilakukan saat JCH berada di tenda-tenda Arafah maupun saat bergerak menuju Muzdalifah.
“Lalu kemudian tenda-tenda yang di Mina, itu kemungkinan antar satu kloter dengan kloter lainnya akan terpisah karena berbasis syarikah,” katanya.
Baca juga: Segera Mundur dari Jabatan Sekda NTB, Lalu Gita Beberkan Kriteria Calon Pengganti
Martawang menjelaskan, kebijakan terbaru dari Kementerian Agama yang telah berkoordinasi dengan Pemerintah Arab Saudi memungkinkan terjadinya perpindahan jemaah yang terpisah.
“Misalnya, suami dengan istri, atau orang tua dengan anaknya yang butuh pendampingan, itu sudah secara bertahap diurai atau dipertemukan. Kalau sudah mereka ketemu, itu bisa berpindah hotelnya. Ini akan lebih membantu kemungkinan yang terjadi ketika jemaah haji berpindah dari Mekkah ke Armuzna,” jelasnya.
Salah satu masalah krusial yang masih dihadapi adalah terkait nusuk. Martawang mengakui bahwa masih ada jemaah haji yang belum menerima nusuk.
Di mana yang menjadi persoalan mengingat ketatnya pengawasan di Masjidil Haram dan akan mempengaruhi proses memasuki Armuzna. Ia tidak menyebutkan angka pasti jemaah yang belum menerima nusuk atau kartu identitas digital, karena jumlahnya terus bergerak.
“Sudah berkurang dari 40 persen yang lalu. Yang penting semua sudah langsung ditangani oleh petugas di situ dan menjadi atensi khusus pengawas haji,” ucapnya.
Menurut Martawang, persoalan nusuk ini bisa diselesaikan jika jemaah haji lebih “melek” teknologi dengan menggunakan aplikasi nusuk secara daring (online).
Akan tetapi, ia menyadari bahwa ada juga jemaah haji yang tidak terbiasa menggunakan aplikasi melalui smartphone.
“Nah itu yang oleh petugas haji diupayakan maksimal untuk bisa dipenuhi ketersediaan nusuk yang tidak berbasis teknologi informasi,” jelasnya.
Martawang juga telah berkoordinasi langsung dengan Kepala Kanwil Kemenag NTB yang saat ini berada di Mekkah. Koordinasi ini dilanjutkan dengan pihak Dakkar Mekkah dan kunjungan langsung ke jemaah haji di kloter 9.