Dia menyebut Ruslan Turmudzi yang tampil di Pilkada Lombok Tengah.
Kemudian Syamsul Luthfi dan Suryadi Jaya Purnama di Pilkada Lombok Timur.
Ada Karman BM di Pilkada Kota Mataram atau Burhanuddin Jafar Salam di Pilkada Sumbawa.
Muncul pula Muhammad Syafrudin di Pilkada Kota Bima.
“Pilkada serentak NTB 2024 memunculkan fenomena Cakada dari calon yang gagal terpilih dalam Pileg 2024," bebernya.
3. Tarik Ulur Dukungan Parpol
Komposisi kursi di DPRD membuat Parpol perlu berkoalisi untuk mengusung pasangan calon.
Sebab, tidak ada Parpol yang bisa mengusung calon sendiri sehingga muncul tarik ulur dukungan.
"Parpol memainkan perannya dengan tidak buru-buru memberi kepastian dukungan ke calon," ucapnya.
Maka, Didu melihat mesin partai diharapkan dapat memberi insentif elektoral kepada Paslon yang didukung.
Tidak semata bergantung pada popularitas maupun elektabilitas calon.
4. Kerja Relawan
Keempat, Pilkada di NTB 2024 ditengarai dengan melemahnya kerja relawan.
“Kalaupun ada hanya sebatas peran artifisial yang tidak beresonansi pada masifnya gerakan penggalangan,” ujarnya.
Maka pilihannya adalah dengan pendekatan ke pemilih secara taktis dan pragmatis.