Mengenal Karya Perwakilan Lombok Utara di Ajang TTG, Buat Alat 'Nyukuran' untuk Kupas & Parut Kelapa
Berikut alat nyukuran, alat yang diciptakan oleh guru asal Lombok Utara yang mempermudah ibu-ibu kupas dan parut buah kelapa.
Penulis: Toni Hermawan | Editor: Endra Kurniawan
Laporan wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Bagi ibu-ibu rumah tangga di Lombok Utara memiliki tradisi unik memarut buah kelapa sambil menjaga anak. Dalam bahasa Sasak, aktivitas ini diberi nama 'bedengah'.
Tradisi di ataslah yang mendorong seorang guru bernama Pandu untuk menciptakan alat bernama 'nyukuran'. Nama 'Nyukuran' sendiri terdiri dari kata nyiuh artinya kelapa dan cukuran atau memotong.
Alat ini multifungsi, selain fungsi dasarnya untuk mengupas kulit dan parut kelapa. Nyukuran juga bisa membantu ibu-ibu menjaga anaknya dengan aman.
Pandu menceriatkan, idenya bermula dari banyaknya pohon kelapa di Lombok Utara. Warga lokal khususnya ibu-ibu banyak memanfaatkan buah kelapa untuk berbagai hal. Sebelumnya, mereka mengupas kulit kelapa memakai parang atau sejenis, namun dikhawatirkan ibu-ibu akan terluka. Untuk itu dibuatlah karya inovasi Nyukuran.
Baca juga: Cerita Abdul Rahim asal Lombok Timur, Pencipta Mesin Pembakar Telur Pertama di Indonesia
"Kerja mudah dan bahan dasar yang kami gunakan juga kayu bekas," cerita Pandu saat ditemui dalam acara gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) XIX tingkat Provinsi NTB, di Gedung Kesenian, Kota Bima, Rabu (6/3/2024).
Bukan hanya kemudahan dan tingkat keamanan lebih tinggi, alat nyukuran ini juga dilengkapi dengan semacam tempat dudukan anak kecil, sehingga para ibu-ibu dapat memarut kelapa sembari menjaga anaknya, sang anak cukup duduk di belakang dan diikat dengan kain pada tubuh sang ibu.
"Bisa sambilan menjaga anak atau bahasa sasaknya bedengah, kerja aman dan menghasilkan parutan kelapa yang bisa diolah oleh ibu rumah tangga," tambah pria ini sembari mempraktikkan.
Keunggulan lainnya, kata Pandu, penggunaan alat ini juga tidak membuat batok kelapa yang kupas akan hancur, tidak seperti menggunakan pisau atau sejenisnya.
"Batok kelapa ini kalau gak dibuang bisa juga dibuat jadi souvenir karena tidak hancur," tambah guru SMKN 1 Bayan ini.
Alat ini dilengkapi dengan tuas dan dua mata besi yang tajam guna merobek kulit kelapa, dalam mengupas pula orangnya bisa sembari duduk.
"Kerja bisa sambil duduk," ungkapnya.
Baca juga: Pemkot Bima Buka TTG Tingkat Kota, HM Rum: Beri Dukungan Penuh Wujudkan Cita-cita Kemajuan Teknologi
Senda dengan itu, Netri Yanto guru SMAN 1 Kayangan mengatakan alat parutan kelapa yang digunakan juga anti karat sehingga nyaman untuk makanan rumah tangga.
"Ini aman untuk makanan," sambungnya.
Ia bersama tim sengaja merancang alat ini, sebab tidak semua dapat menggunakan alat parutan kelapa listrik. Sehingga keberadaan alat nyukuran bisa menjadi solusi karena diproduksi oleh rumah tangga dan tentunya ramah lingkungan.
"Sengaja kami rancang untuk rumah tangga dan alat ini dapat dibawa kemana-mana," pungkasnya.
(*)
Cerita Abdul Rahim asal Lombok Timur, Pencipta Mesin Pembakar Telur Pertama di Indonesia |
![]() |
---|
Buka TTG Tingkat Provinsi di Bima, Pj Sekda NTB Janji Dampingi Penemu Teknologi untuk Daftarkan HKI |
![]() |
---|
Pemkot Bima Buka TTG Tingkat Kota, HM Rum: Beri Dukungan Penuh Wujudkan Cita-cita Kemajuan Teknologi |
![]() |
---|
Inovasi Sistem Irigasi Bawa Universitas Muhammadiyah Bima Juarai Lomba TTG Tingkat Provinsi NTB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.