"Kalau mahasiswa antipati saat ini, jangan salahkan orang yang ingin menggerus negara ini," kata Husni.
Komisioner Bawaslu Kota Mataram Effendi yang turut menjadi pemantik diskusi menjelaskan, sampai hari ini pihaknya terus melakukan pengawasan secara masif.
Baik dalam hal pemasangan Alat Peraga Kampanyenya (APK), maupun kegiatan kegiatan yang dilakukan peserta Pemilu.
"Silahkan memberikan hak pilih sesuai hati nurani," kata Effendi.
Effendi memaparkan, berdasarkan data yang dimiliki Bawaslu Kota Mataram, jumlah pemilih dari generasi pre boomer (sebelum 1945) sebanyak 4.772 pemilih, dari generasi baby boomer (1946-1964) sebanyak 35.177 pemilih.
Generasi Gen X (1965-1980) sebanyak 85.231 pemilih , dari generasi milenial (1981-1996) sebanyak 111.846 pemilih dan generasi Gen Z (1997-2012) sebanyak 77.523 pemilih.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi TribunLombok.com Sirtupillaili menjelaskan, peran media sebagai pilar demokrasi keempat.
"Pers sebagai salah satu pilar demokrasi berperan sebagai pengawas atau biasa dikenal Watchdog," kata Sirtu.
Sirtu juga menjelaskan batasan media dalam Pemilu, diantaranya tidak menyebarkan ujaran kebencian, melindungi keperibadian dan privasi serta menciptakan ketertiban umum dan keamanan negara.
Mantan Ketua AJI Mataram itu menjelaskan, setidaknya ada tiga peran media dalam kontestasi politik, sebagai sarana edukasi, sarana informasi dan mengawasi.
Kegiatan Mata Lokal Memilih ini didukung sejumlah pihak antara lain, Korem 162/WB, KPU Kota Mataram, dan Bawaslu Kota Mataram. Serta disponsori Honda, Gramedia, dan Wardah.
(*)