Aksi Protes Warga Paokmotong

Gubernur NTB Resmikan APHT Lombok Timur, Singgung Makna Industrialisasi Hingga Aksi Penolakan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkiflimansyah meresmikan Aglomerasi Pabrik Hasil Tembakau (APHT) di Desa Paokmotong, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur, Kamis (14/9/2023).

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkiflimansyah meresmikan Aglomerasi Pabrik Hasil Tembakau (APHT) di Desa Paokmotong, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur, Kamis (14/9/2023).

Bang Zul sapaan akrabnya, menyinggung persoalan penolakan masyarakat yang dihadapi APHT dari mulai pembangunan hingga peresmian.

Menurutnya, penolakan dalam proses industrialisasi merupakan hal yang wajar.

Namun tugas pemerintah dalam hal ini adalah untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang dikhawatirkan mereka tidak akan terjadi.

Baca juga: APHT Lombok Timur Diproyeksikan Serap 3 Ribu Tenaga Kerja untuk Tekan Angka Pengangguran

Bahkan sebaliknya, industri itu bisa menjadi satu proyek besar yang akan membantu masyarakat ke depannya.

"Tidak ada proses industrialisasi yang tidak gaduh, sepi dari protes, demonstrasi, dan tidak ada yang sepi dari ketidak setujuan, karena yang paling berat bukan mengubah tembakau menjadi rokok tapi merubah cara berpikir, yang sebenarnya kalau ada keinginan Allah akan hadirkan jalan dan kemudahan untuk kita semua," ucap Bang Zul dalam pidato peresmian.

Dia menjelaskan, Lombok Timur dengan APHT adalah keberanian mengayunkan langkah pertama dalam pembangunan industri.

"Memang akan ada protes, akan ada demonstrasi karena ada yang terganggu," katanya.

Politisi PKS ini menjelaskan, selama ini industri tembakau Lombok Timur mampu mengangkat derajat masyarakat.

Baca juga: Warga Paokmotong Ungkap Alasan Tetap Tolak APHT Lombok Timur

Petani bisa naik haji atau semakin memperluas lahan pertanian tembakaunya.

Namun di sisi lain, hasil tembakau itu masih dalam bentuk daun kering.

Tidak dalam bentuk produk jadi yang ujung-ujungnya dibeli dalam bentuk jadi dengan harga yang lebih mahal.

"Kenapa daerah miskin, karena daerah itu tidak pernah mmemiliki keberanian untuk mengolah bahan mentah menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi," tegasnya

Dia menilai NTB sudah saatnya sejajar dengan provinsi lain dengan hasil bahan mentah yang diolah dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi.

"Saya pernah diundang ke Surabaya di satu perusahaan yang membeli hasil laut kita, seperti kawasan ini besarnya, dia beli ikan dari Sape dan dari Sekotong.

"Saya menyaksikan ibu ibu ratusan jumlahnya membersihkan ikan itu, dikeluarkan limbahnya dan itu dibekukan dengan es yang cukup lumayan," ceritanya.

"Saya mengira ikan dari Sape dan Sekotong akan diekspor ke Cina atau Eropa, ternyata ikan itu dijual kembali dengan harga yang lebih mahal ke warga di Lombok Barat," lanjutnya.

Proses industrialisasi, kata Bang Zul, memungkinkan masyarakat mendapatkan nilai tambah dari hasil produksinya, baik itu pertanian maupun kelautan.

"Industrialisasi bukan teori Gubernur, induatrialisasi bukan mandat yang disampaikan Pemda NTB tapi keharusan bagi kita untuk menghadirkan kemakmuran itu.

"Jangan mengira mengubah tembakau menjadi rokok sederhana, namun seperti yang kita resmikan hari ini adalah proses panjang yang butuh pengorbanan," kata dia.

Baca juga: Camat Masbagik Ungkap Sejumlah Fasilitas APHT Dirusak Oknum Warga Paokmotong Lombok Timur

Bang Zul menegaskan saat ini, produk rokok bisa dihasilkan dari Lombok Timur.

Dia berharap APHT di Lombok Timur bisa menjadi proyek percontohan yang bisa diikuti daerah lain di Indonesia.

"Sehingga saya tidak lagi mendengar NTB mengirim hal hal yang mentah keluar daerah untuk kemudian diolah di tempat lain dan kemudian kita beli dengan harga yang jauh lebih mahal di sini," tutupnya.

(*)

Berita Terkini