"Termasuk daerah-daerah pesisir yang berbatasan dengan antarpulau, juga perlu kita edukasi tentang penyakit rabies ini. Atau nanti kita akan lebih banyak turun untuk mengedukasi masyarakat," katanya.
Dijelaskan, terdapat tiga hewan yang mampu menularkan rabies yang biasa disebut dengan HPR (Hewan Penular Rabies) yaitu anjing, kucing, dan kera.
"Nah kita banyak mendapat laporan ada kasus orang digigit anjing. Setelah kita turun ke lapangan, dan hasil wawancara kita dengan yang digigit, hasilnya tidak ada indikasi rabies," imbuhnya.
"Dari beberapa kasus yang kita tangani, untuk sementara kita simpulkan anjing galak. Misalnya, ada anak-anak main layangan tapi ada anjing sedang bunting atau baru melahirkan merasa daerah teritorialnya terganggu, maka dia akan menggigit," lanjutnya.
Dia mengungkap, salah satu tanda yang paling umum pada anjing yang terkena rabies adalah ketika ia mengeluarkan air liur dalam jumlah banyak.
Selain itu, anjing yang terkena rabies juga menjadi lebih agresif, saat terkena rabies, anjing akan menjadi lebih galak dan buas terhadap orang maupun hewan lain, bahkan pada orang yang sudah dikenalnya.
"Jadi, ciri-ciri anjing rabies itu sebenarnya, galaknya itu diatas rata-rata. Artinya dia akan menggigit apapun yang dia temui. Kemudian dia akan mengalami hipersanipasi," terangnya.
Baca juga: Kasus Gigitan Anjing Rabies di Kota Mataram Nihil Tapi Dinkes Tetap Siapkan Vaksin
Diuraikannya, anjing yang terkena rabies akan mengalami tiga fase.
Yang pertama adalah fase phobia, dimana anjing akan mengalami rasa takut terhadap cahaya, air, dan udara.
Yang kedua fase ekstasif, di fase inilah anjing akan menggigit setiap yang dijumpainya, berlangsung selama dua minggu.
"Yang ketiga adalah fase paralisa, setelah dua minggu dia akan mengalami kematian," tukasnya.
Pada kesempatan yang sama, Hultatang menegaskan bahwa penyakit rabies merupakan virus penyakit yang sangat berbahaya yang dapat menyerang otak dan sistem saraf, yang hingga saat ini belum ada obatnya.
Karena itu, dirinya menyarankan bagi masyarakat yang terkena gigitan anjing agar segera dibawa ke rumah sakit dan diberikan vaksin anti rabies (VAR).
"Kalo tidak segera divaksin kecil kemungkinan bisa selamat. Karna rabies itu belum ada obatnya, hanya bisa mencegah dia dengan divaksinasi. Jadi, anti body khusus untuk rabies yang ada di dalam tubuh manusia itu, begitu masuk virusnya bisa ditangkal," paparnya.
Selain itu, dirinya juga mengharapkan kepada semua pihak untuk menggencarkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dikarenakan Provinsi NTB sudah berstatus KLB (kejadian luar biasa) setelah adanya kasus rabies di kepulauan Sumbawa.
"KIE ini semua kita harus mengambil tanggungjawab. Di desa harus bertanggungjawab, ibu-ibu PKK-nya, Puskesmas, Puskeswan-nya juga bertanggungjawab. Sehingga rabies ini bisa kita tangkal untuk masuk di Lombok Timur," demikian Hultatang.
(*)