Wisata Lombok

7 Desa Adat Lombok yang Wajib Dikunjungi saat Traveling Menikmati Wisata Lombok

Editor: Sirtupillaili
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak-anak di Desa Adat Senaru bermain gasing, salah satu permainan tradisional yang masih dipertahankan sampai saat ini. Desa Adat Senaru menjadi salah satu tujuan para pelancong untuk menikmati wisata Lombok.

Melumuri lantai rumah adat dengan kotoran sapi merupakan tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang dahulu dan masih terus dilestarikan hingga saat ini.

Kotoran sapi yang diambil adalah kotoran sapi yang baru keluar dari hewan mamalia tersebut.

Selanjutnya, ditambahkan sedikit air agar agak mencair.

Baru kemudian seluruh area lantai rumah dilumuri dengan kotoran tersebut menggunakan tangan.

Selain bale tani, desa adat ini juga memiliki kesenian lainnya yang dapat ditampilkan saat berkunjung.

Diantaranya seni dan tradisi Peresean, Nyensek, dan Gendang Beleq.

Setelah berkeliling melihat keunikan desa ini, pengunjung dapat membeli berbagai jenis souvenir khas Lombok.

Mulai dari kain tenun, kain songket, sarung, kaos Lombok, gelang, kalung, mutiara dan lain sebagainya.

3. Desa Bayan

Selain di Lombok Tengah, desa-desa adat juga banyak ditemukan di wilayah Lombok Utara.

Salah satunya Desat Adat Bayan, yang masih eksis di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Desa Adat Bayan merupakan salah satu desa tertua yang terletak di lereng utara Gunung Rinjani.

Secara administratif, Desa Adat Bayan memiliki luas sekitar 2.600 hektare dan merupakan salah satu dari 9 desa yang ada di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Jumlah penduduk Desa Bayan mencapai 5.373 jiwa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Ritual Menutu Mulud atau menumbuk padi di acara Maulid Adat Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Senin, (10/10/2022). (TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI)

Masyarakat adat di Desa Bayan tidak saja mempertahankan bentuk bangunan rumah Sasak zaman dahulu, mereka juga masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat sampai saat ini.

Di desa ini juga terdapat Masjid Bayan Beleq, salah satu cagar budaya berusia 300 tahun.

Masjid Bayan Beleq menjadi saksi bisu masuknya ajaran Islam di Pulau Lombok.

Dikutip dari masterplandesa.com, Desa Adat Bayan memiliki keterikatan adat dengan desa lain.

Satu desa dengan desa lain memiliki peran dan tugas masing-masing sesuai dengan tatanan sosialnya.

Tatanan sosial dan hukum adat mengatur dan mengikat secara keseluruhan sendi kehidupan masyarakat Desa Adat Bayan.

Hubungan tersebut mengatur antara manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan alam, serta hubungan antar sesama manusia.

Hukum tersebut menciptakan hukum adat yang pertimbangan utamanya ialah memikirkan kebutuhan air untuk mencukupi kebutuhan pokok masyarakat hingga anak cucu di masa yang akan datang.

Hukum ini sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan.

Konsep tersebut diterapkan oleh masyarakat Desa Adat Bayan dengan menjaga hulu sampai hilir sungai, dengan tetap menjunjung kemandirian nilai-nilai lokal.

Rute Menuju Desa Bayan

Ritual Menutu Padi di acara Maulid Adat Desa Karang Bajo, Bayan, Kabupaten Lombok Utara pada Senin, (10/10/2022).       (TribunLombok.com / Lalu Helmi)

Bagi pengunjung yang ingin jalan-jalan ke Desa Adat Bayan bisa memilih dua jalur.

Jika berangkat dari Kota Mataram bisa menggunakan jalur Mataram-Pusuk Pas-Pemenang-Bayan.

Jalur ini lebih cepat, pengunjung bisa menghemat waktu perjalanan. Hanya saja harus melalui jalur menanjak dan berliku di Pusuk Pas.

Jika melalui jalur ini, pengunjung juga bisa menikmati nuansa hutan di kawasan Pusuk Pas.

Jalur kedua bisa melalui rute Mataram-Senggigi-Pemenang-Bayan.

Jalur ini menyuguhkan pemandangan alam berupa deretan pantai-pantai eksotis.

Hanya saja waktu tempuhnya bisa lebih lama dan harus menaklukkan beberapa tanjakan tajam di Senggigi-Pemenang.

Waktu tempuh dari Mataram ke Bayan rata-rata 1 jam lebih menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Akses menuju Desa Bayan cukup bagus sehingga bisa memudahkan pengunjung.

Disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan. Sebab sangat jarang kendaraan umum menuju Desa Adat Bayan.

4. Desa Senaru

Desa adat lainnya di wilayah Lombok Utara adalah Desa Adat Senaru.

Desa Adat Senaru di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat familiar di kalangan wisatawan, khususnya pendaki Gunung Rinjani.

Desa Adat Senaru yang berada di kaki Gunung Rinjani ini menjadi favorit para pelancong asing maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke Lombok.

Tidak hanya indah dengan pemandangan alamnya, Desa Adat Senaru ini juga punya daya tarik karena masyarakatnya mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyangnya.

DESA SENARU: Masyarakat adat Bayan di Desa Senaru mengenakan pakaian adat mereka saat menyambut tamu, Kamis (4/11/2021). (TribunLombok.com/Sirtupillaili)

Dengan keunikannya, Desa Adat Senaru mewakili NTB dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

Rumah-rumah tradisional di Desa Adat Senaru ini memiliki keunikan dan nilai historis tinggi.

Di samping itu, Desa Adat Senaru kini juga memiliki pemandu wisata wanita atau woman guide.

Pemandu wisata wanita ini jarang dimiliki desa adat lain di Lombok, bahkan di Indonesia.

Terlebih guide wanita masih dianggap tabu bagi sebagian masyarakat adat.

Jalur ke Senaru

Suasana di Desa Senaru. Rumah desa adat Senaru, Kamis (4/11/2021). (TribunLombok.com/Sirtupillaili)

Desa Adat Senaru yang berada di kaki Gunung Rinjani berjarak sekitar 93,8 kilometer dari Kota Mataram dengan waktu tempuh 2 jam 18 menit.

Untuk menuju desa ini bisa melalui jalur wisata Mataram-Senggigi-Pemenang-Senaru.

Bisa juga melalui jalur alternatif dari Mataram-Pusuk Pas-Pemenang-Senaru.

Selain desa adat beragam keindahan alam bisa dinikmati di Senaru.

Seperti air terjun Sendang Gila, air terjun Tiu Kelep dengan pemandangan hutan yang masih asri.

Di kawasan ini juga banyak terdapat penginapan dan fasilitas wisata yang bisa dinikmati wisatawan.

5. Desa Segenter

Selain Bayan dan Senaru, di Lombok Utara juga masih ada Desa Adat Segenter.

Segenter masuk dalam wilayah administratif sebagai salah satu dusun di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.

Desa Adat Segenter diklaim sebagai perkampungan Suku Sasak tertua.

Masyarakat yang mendiami Desa Adat Segenter sampai saat ini masih mempertahankan adat istiadat dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka.

Sebagian besar penduduk Desa Adat Segenter bekerja sebagai petani dan membuat kerajinan anyaman bambu.

Rumah-rumah mereka masih mempertahankan bentuk bangunan tradisional masyarakat Suku Sasak Lombok.

Rumah-rumah mereka masih terbuat dari bahan alam yang sederhana namun perkampungan tertata rapi.

Dinding-dinding rumah warga Desa Adat Segenter terbuat dari bambu dengan atap yang terbuat dari ilalang.

Rumah tradisional Suku Sasak umumnya berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 6×7 meter.

Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, berbentuk limas, beratap ilalang dan berlantai tanah.

Desa Adat Segenter terdiri dari 81 unit rumah tradisonal yang ditempati 101 keluarga.

Rute menuju Desa Adat Segenter lebih cepat jika melalui jalur pantai barat Pulau Lombok, dengan jarak sekitar 90 kilometer dari Kota Mataram.

Direkomendasikan menggunakan kendaraan pribadi, anda bisa menempuh rute Mataram – Senggigi – Pemenang – Tanjung – Selengen – Segenter.

Desa adat Segenter terletak tak jauh dari Desa Adat Bayan.

Dari Mataram membutuhkan kurang lebih 2,5 Jam hingga sampai menuju ke Lokasi tempat berada.

6. Desa Beleq Sembalun

Bergeser ke wilayah Lombok Timur, di sini juga terdapat beberapa rumah adat. Salah satunya Desa Adat Beleq Sembalun.

Desa Adat Beleq disebut-sebut merupakan cikal bakal leluluhr masyarakat Sembalun, di Kabupaten Lombok Timur.

Karena itu, jika traveling ke Sembalun, tidak akan lengkap tanpa mengunjungi Desa Beleq ini.

Di dalam kompleks Desa Beleq terdapat 7 unit rumah adat, 2 geleng tempat penyimpanan harta benda, 1 bale malang atau langgar tempat rapat dan beribadah.

Kemudian satu batu bertuah yang disebut pasek gumi, di dekat pasek gumi terdapat batu delpak yang berfungsi sebagai kendaraan wali/pengulu.

Bentuk bangunan rumah ini sama seperti desa adat Lomok lainnya, dinding terbuat dari anyaman bambu dan beratapkan ilalang.

Kemudian lantainya terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran sapi dan abu jerami.

Dari rumah-rumah adat Desa Beleq ini, pengunjung bisa melihat langsung indahnya alam perbukitan dan lanskap sawah di kawasan Sembalun.

7. Desa Limbungan

Di Lombok Timur juga terdapat desa adat lainnya yakni Desa Adat Limbungan.

Desa Adat Limbungan merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Suku Sasak yang masih dipertahankan.

Limbungan secara administratif masuk wilayah Desa Perigi, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Provinsi NTB.

Rumah Adat Limbungan merupakan salah satu dari empat rumah adat di Pulau Lombok, yaitu rumah adat Dusun Sade (Lombok Tengah), Sembalun (Lombok Timur), Bayan (Lombok Utara), dan Dusun Limbungan (Lombok Timur).

Semua rumah adat yang ada di Suku Sasak sekilas sama. Namun memiliki beberapa perbedaan, mulai dari cara pembuatan dan ritual untuk merawatnya.

Rumah Adat Limbungan di Desa Perigi konon menjadi rumah adat yang tertua, baru kemudian rumah adat yang lainnya.

Rumah Adat Limbungan di Desa Perigi Lombok Timur merupakan salah satu objek wisata Lombok yang layak dikunjungi. (Ruhul Qudus)

Sehingga Mangku (Tetua Adat) mengatakan, bahwasanya rumah adat yang ada di Suku Sasak ini memiliki keterkaitan. Namun belum diketahui bagaimana sejarah pastinya.

Rumah di Desa Adat Limbungan dibuat secara gontong royong oleh penduduk sekitar.

Sehingga dari bahan dan bentuk sama semuanya.

Penempatannya pula berdekatan, ini memiliki makna kerukunan dan kebersamaan.

Hal ini menunjukkan bahwasanya penduduknya memiliki kesetaraan yang sama.

Itu terbukti dari dekatnya masing-masing rumah yang dibuat.

Dapat dilihat pula dari pekerjaan mereka yang rata-rata bertani dan berternak.

Bahkan dari segi penampilan memiliki keserupaan.

Pondasi yang di buat dari batu dan tanah. Lantainya dengan campuran tanah, kotoran sapi dan getah kayu.

Kerangka bangunannya dengan kayu hutan, pagar dari anyaman bambu.

Atapnya dengan alang-alang kering yang diikat dengan tali bambu.

Pintunya terdiri dari dua pintu, satu dibagian luar.

Sedangkan pintu lainnya di bagian dalam rumah.

Untuk diketahui, ruangan bagian dalam lebih tinggi dari yang luar.

Uniknya Rumah Adat Limbungan, pintunya dibuat seperti gerbang, yang dibuka dengan cara digeser, dengan tinggi kurang dari 1 meter.

Sehingga siapa saja yang masuk ke dalam rumah harus menundukkan kepala.

Hal itu menunjukkan bahwa siapa pun yang akan bertamu harus menunduk menghormati yang punya rumah.

Pada bagian atap, terdapat seperti dua buah tanduk.

Diibaratkan sebagai seorang istri yang harus tunduk kepada suaminya.

Rumah adat ini tidak memiliki jendela, karena dinginnya perbukitan ini.

Posisinya di perbukitan menyebabkan siapa saja yang ingin menginap, harus menggunakan jaket.

Bahkan di waktu siang, di dalam rumah adat limbungan hawanya dingin.

Karena lantainya dibuat dari tanah menjadikannya lebih dingin.

Rumah Adat Limbungan bisa menjadi salah satu daya tarik objek wisata Lombok Timur.

Rute ke Desa Adat Limbungan

Desa Adat Limbungan di Desa Perigi Lombok Timur merupakan salah satu objek wisata Lombok yang layak dikunjungi.

Berikut rute menuju Rumah Adat Limbungan.

Jika datang dari Kota Mataram, tribunners bisa melalui jalan raya Mataram-Lombok Timur.

Kemudian melaju menuju Lombok Barat - Lombok Tengah - Lombok Timur mengikuti jalan provinsi.

Ketika sampai di persimpangan Aik Mel, belok kanan, setelah itu melewati Kecamatan Wanasaba.

Setelah sampai di Kecamatan Peringgabaya dan sampai di bagian Peringgabaya Utara, ada gapura bertuliskan selamat datang di Desa Perigi, Kecamatan Suela.

Setelah masuk kemudian ikuti jalan Budaya Limbungan dan akan sampai pada Dusun Adat Limbungan Barat dan Timur Desa Perigi.

Perjalanan dari Kota Mataram sampai Dusun Adat Limbungan sekitar 72 kilometer.

Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam 18 menit menggunakan roda empat. Jika menggunakan angkutan umum ongkosnya Rp 50 ribu.

Jika menggunakan roda dua waktu tempuhnya 2 jam 4 menit mengamhabiskan 1,5 liter bensin.

(*)

Berita Terkini