Ia meminta pemprov NTB tidak terbuai dengan angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Artinya, secara kualitas angka pertumbuhan tersebut tidak didadasarkan pada distribusi sektor yang merata.
Ilustrasinya seperti “frog on the block”. Sang katak menyangka, dialah yang mendorong kayu di atas sungai; ia tidak menghitung arus sungai yang mendorong pergerakan kayu.
"Jadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, lebih banyak disebabkan oleh melonjaknya harga komoditas. Tapi kemudian diklaim sebagai kisah sukses. Dan menasbihkan dirinya no 1 untuk daerah pariwisata. Itu misleading," kata Ketua DPW Partai Gelora NTB itu.
Menurutnya, Gubernur NTB harus lebih memberikan atensi terhadap sektor-sektor lain yang berkorelasi dengan hajat hidup orang banyak.
"Gubernur Zul perlu memperhatikan sektor-sektir lain yang banyak terhubung dengan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonominya mesti berkualitas. Jika pertumbuhan ekonomi NTB berkualitas, maka secara perlahan kita bisa mengurangi ketergantungan kita untuk menyelesaikan pasar tenaga kerja kita dengan menjadi pekerja migran di luar negeri," ungkapnya.
Sebelumnya, BP2MI NTB memaparkan potret PMI asal NTB. Jumlah Pekerja Migran asal NTB merupakan ke-4 terbanyak se Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan, Jawa Tengah.
Baca juga: Pertamina Peduli Bencana Salurkan Bantuan untuk Korban Puting Beliung Lombok Timur
Data yang tercatat di SISKOP2MI sejak 2007 – Februari 2022 ada 537.497 ribu warga NTB menjadi PMI di luar negeri.
Angka tersebut merupakan 16,62 persen dari jumlah angkatan kerja NTB sebanyak 2.739.900 orang. PMI asal NTB ini tercatat ada di 108 negara.
Kabupaten Lombok Timur merupakan Kabupaten dengan jumlah PMI terbanyak di NTB yakni 235.821 orang, diikuti Lombok Tengah sebangak 147.611 orang, Lombok Barat 66.977 orang, KLU 10.158 orang, Matatam 12.621 orang, Sumbawa 34.474 orang, KSB 5.384 orang orang, Kabupaten Bima 17.101 orang, Kota Bima 1.045 orang dan Dompu 6.305 orang.
Bahkan, Lombok Timur menjadi Kabupaten dengan supplai PMI terbesar kedua di Indonesia setelah Indramayu.
(*)