Berita NTB

Kawasan Sunda Kecil Bali, NTB, dan NTT Jadi Medan Pertarungan Legitimasi Dalam Pilpres 2024

Penulis: Lalu Helmi
Editor: Wahyu Widiyantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

kawasan Sunda Kecil. Pilpres 2024 bukan hanya soal memenangkan suara terbanyak belaka. Tapi juga soal bagaimana pemenang mendapatkan legitimasi kawasan termasuk di NTB, NTT, dan Bali.

Namun, juga berlaku pada penyelenggaraan pesta demokrasi tahun-tahun sebelumnya.

Itu sebabnya kata Didu, dalam Pilpres 2019 misalnya, kandidat seperti Joko Widodo dan Prabowo Subianto tetap jor-joran mengerahkan tim kampanye nasional mereka untuk merebut simpati pemilih dari NTB, Bali, dan NTT.

Baca juga: Anies Baswedan Siap Maju Pilpres 2024, Mardani Ali Sera Buka Kemungkinan dengan PKS

Publik pun sudah tahu, Jokowi memenangkan suara terbanyak di Bali dan NTT, sementara Prabowo menang sangat signifikan di NTB.

Di sisi lain, NTB, Bali, dan NTT, juga memiliki posisi yang sangat strategis sebagai etalase yang mencerminkan wajah multikulturalisme Indonesia.

Tiga provinsi ini kaya dengan keragaman etnis, budaya, dan bahasa yang masih sangat terjaga hingga kini.

Pun juga dari sisi agama. Bali menjadi provinsi umat Hindu, NTB dengan umat Muslim, dan NTT dengan umat Nasrani.

Belum lagi kata Didu, jika menimbang ketiga provinsi ini merupakan daerah destinasi wisata utama Indonesia karena memiliki tujuan wisata kelas dunia.

Bali adalah daerah wisata nomor wahid di Indonesia.

Sementara NTB memiliki Mandalika yang menjadi tuan rumah MotoGP, ajang balap motor paling akbar di dunia.

Sedangkan NTT memiliki Labuhan Bajo, dengan destinasi wisata Komodo yang merupakan reptil purba satu-satunya di dunia yang masih hidup.

“Karena itu, menjadi hal yang tak mengherankan jika eksotisme Kawasan Sunda Kecil, Khususnya NTB, akan menjadi palalagan perebutan pengaruh dalam Pilpres 2024,” kata Didu haqqulyakin.

Baca juga: PAN NTB Mengamanatkan Duet Zulkifli Hasan dan Erick Thohir Maju di Pilpres 2024

Pentingnya Legitimasi Politik

Secara umum, para pemimpin pemerintahan dari setiap negara pasti berupaya untuk mendapatkan atau mempertahankan legitimasi politik bagi kewenangannya.

Setidaknya kata Didu, terdapat dua alasan yang menjadikan legitimasi begitu penting.
Pertama, legitimasi mendatangkan kestabilan politik.

Kedua, legitimasi membuka kesempatan bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Halaman
123

Berita Terkini