Siti Humaeraq, Gadis Asal Lombok Timur Ini Berhasil Ubah Limbah Daun Nanas Menjadi Serat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siti Humaeraq Gadis Manis Asal Lotim Berhasil Ubah Limbah Daun Nanas Menjadi Sera

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Semangat inovatif dan kepedulian Siti Humaeraq layak diacungi jempol.

Pasalnya, gadis berparas manis asal Desa Jurit Baru, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur ini berhasil mendaur ulang limbah daun nanas menjadi serat yang bernilai ekonomis.

Kepada TribunLombok.com Jumat (5/8/2022) Humaeraq menuturkan, kegiatan daur ulang limbah daun nanas tersebut mulai ia geluti berawal ketika Dosennya berkunjung ke rumahnya, dan saat itu sang dosen melihat banyaknya limbah daun nanas yang dibuang begitu saja oleh masyarakat.

Hal itulah kemudian yang membuatnya terbesit ide untuk mengolah limbah daun nanas menjadi serat yang bernilai ekonomis.

"Ketika melihat potensi itu saya dikenalkan langsung oleh Dosen saya kepada pihak Bank Sampah NTB Mandiri tentang pengolahan limbah daun nanas itu sendiri," tuturnya.

Baca juga: Jadwal Fastboat Gili Trawangan-Bali Hari Ini Sabtu 6 Agustus 2022 Ekajaya Fast Ferry

Akhirnya lanjut Humaeraq bercerita, ia berhasil mendapatkan dukungan dari Bank Sampah NTB Mandiri untuk pengadaan mesin yang dapat mengolah limbah daun nanas.

Dengan begitu Humairaq mampu menyulap limbah menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomis dengan memberdayakan para petani nanas setempat.

"Sekitar 40 persen lahan di Desa Jurit Baru ini adalah lahan nanas, jadi limbah daun nanas itu kita beli ke para petani dengan harga Rp30 ribu per kwintalnya," katanya.

Lebih jauh ia menerangkan, dalam pengolahan daun nanas itu sendiri bisa dikatakan tidak mudah, pasalnya dalam menghasilkan serat yang memiliki kualitas yang bagus harus melewati masa penjemuran setelah dilakukan pengolahan.

Baca juga: Lombok Barat Target Angka Stunting Turun ke 14 Persen di Tahun 2024

"Jadi setelah kita olah di mesin pencacah, serat tidak langsung siap dipasarkan tapi harus melewati penjemuran terlebih dahulu," jelasnya.

Saat ini pengolahan limbah daun nanas sendiri tidak bisa dilakukan setiap hari melainkan harus menanti masa panen tiba untuk mendapatkan daun nanas.

Tak hanya itu, kendala lainnya yakni ia tidak bisa di produksinya apabila musim penghujan tiba dikarenakan serat nanas tidak bisa dilakukan penjemuran.

"Kesulitannya kalau lagi musim hujan itu kita tidak produksi, soalnya hasil seratnya nggak bisa di jemur, jadinya benangnya kadang rusak, " ungkapnya.

Humaeraq mulai berproduksi serat daun nanas sejak 2020 lalu dengan mengandalkan dua mesin pencacah yang mampu menghasilkan satu kilogram serat nanas dalam seminggu, saat ini produksi terus berkembang tambahan dua alat pencacah sehingga dalam seminggu ia berhasil mengahasilkan 4-5 kilogram serat/benang daun nanas.

Baca juga: Lombok Barat Targetkan Angka Stunting Turun 14 Persen di 2024

"Satu kilogram serat/benang kita dapatkan dari satu kwintal limbah daun nanas, dan harga serat daun nanas ini sendiri yakni Rp100 per kilogram," ujarnya.

Dikatakannya bahwa serat daun nanas memiliki keunggulan dibandingkan dengan benang biasa yakni lebih kuat, tahan lama dan kwalitasnya yang lebih baik. Adapun dari serat daun nanas dapat digunakan sebagai berbagai produk seperti baju, tas, sepatu dan lainnya.

"Bedasarkan hasil penelitian juga daun nanas itu memiliki kualitas yang lebih bagus untuk jadi serat," pungkasnya.

Humaeraq berharap ke depan ia sudah memiliki gudang produksi sendiri dengan berbagai alat pendukungnya, pasalnya saat ini ia hanya berproduksi di teras rumahnya dengan dibantu oleh orangtuanya.

(*)

Berita Terkini