Talkshow Forum Jurnalis Lombok Timur: Polemik Jurnalisme Rilis di Kalangan Wartawan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Talkshow Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT) Sabtu (23/7/2022) di Montana Cafe, Selong, Lombok Timur.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Fenomena kekinian menghendaki jurnalis memproduksi berita dengan sumber dari rilis pers.

Jurnalis harus selalu melihat rilis sebagai sebuah sumber informasi bukan justru menerima mentah itu menjadi sebuah berita utuh.

Hal ini mengemuka pada acara Talkshow Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT) Sabtu (23/7/2022) di Montana Cafe, Selong, Lombok Timur.

Pimpinan Redaksi (Pimred) NTBsatu.com Haris Mahtul menceritakan rilis pers ini bisa menjadi sebuah tren baru di dunia jurnalistik.

Baca juga: Bangunan SD Negeri Buncalang di Lombok Tengah Ini Rapuh, Bocor dan Tak Layak Pakai

"Terkait jurnalisme rilis ini memang tak bisa dinafikkan. Kalau dulu memang ada beberapa tantangan dalam media digital, yakni hoax, dan kadang juga jurnalis mengutip itu dari netizen. Namun sekarang ada tambahan lagi yakni rilis," ucapnya.

Namun ia mengakui, adanya rilis yang tersebar ini tidak selamanya dipandang negatif.

Dia menyinggung rilis yang seringkali di buat Pemerintah Daerah (Pemda) untuk disebarluaskan ke beberapa media yang ada memiliki sebuah nilai positif.

"Yang dilakukan oleh Pemda sekarang sudah positif, dan perkembangannya juga rilis ini sudah ada semenjak dari dulu," jelasnya.

Lebih lanjut Haris menjelaskan, rilis memang sudah terjadi semenjak era media cetak.

"Kalau dulu sumber berita selain mencari ada di jumpa pers. Di Humas dulu juga format rilis berbentuk print out," sebutnya.

Namun memang diakuinya pada rilis yang beredar banyak yang tidak memenuhi 5 W 1 H sebagai syarat sebuah berita.

Rilis pers ini juga memang perlu untuk di pilah.

Editor TribunLombok.com Sirtupillaili, menjelaskan bagaimana sebagai editor melihat jurnalisme rilis tersebut.

"Kita sering mendengar memang wartawan rilis adalah wartawan yang dinilai malas. Karena sebagai wartawan yang baik memang ada semacam gengsi bahwa jurnalis harus turun," katanya.

Halaman
12

Berita Terkini