Misalnya Desa Sajang yang ditumbuhi kopi robusta dan arabika di ketinggian 800 MDPL.
Semakin tinggi tempat kopi tumbuh maka akan semakin bagus.
Di Desa Bumbung, Sembalun petani menanam kopi di ketinggian 1.400 MDPL.
Areka menjelaskan kopi lainnya yang ada di Lombok Timur yakni di Desa Sapit, Kecamatan Suela.
“Baru dua tahun belakangan ditemukan kopi di sana, dan turut melahirkan Duta Kopi NTB yang berasal dari Sapit, Agus Patria,” ungkapnya.
Agus Patria merupakan pencetus awal petani kopi milenial.
Dia membudidayakan kopi Desa Sapit dari nol hingga sekarang.
Sama dengan Lombok, kopi-kopi dari Pulau Sumbawa juga didominasi jenis robusta.
Tapi rencananya, para petani di sana akan membuat terobosan dengan menanam kopi arabika di tinggan 800 MDPL.
Berbeda dengan Sumbawa Besar, terdapat beberapa variasi kopi yang berbeda.
“Ada kopi Punik, kopi Tepal. Tapi kopi arabika dan robusta masih mendominasi di sana,” informasi Areka.
Berangkat ke timur menuju Dompu, Areka mengatakan terdapat Desa Tambora yang menanam kopi di Lereng Gunung Tambora.
Desa Tambora menghasilkan kopi arabika serta Robusta.
Ada juga di luar Dompu yang turut menanam di Lereng Gunung Tambora, yakni Kabupaten Bima, Desa Oi Bura.
Bahkan Areka menjelaskan, disamping kebun kopi yang terdapat di Desa Oi Bura terdapat gudang-gudang zaman kolonial, yang menandakan kopi telah ada sejak zaman tersebut.
(*)