Banting Setir Jadi Kuli Bangunan karena Pencemaran, Nelayan Teluk Bima: Bukan Ikan yang Nyangkut

Penulis: Atina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Herman, nelayan di Kota Bima yang terdampak pencemaran Teluk Bima.

Nasib Usman, nelayan asal Wadumbolo justeru lebih ironis lagi.

Baca juga: Pegiat Lingkungan Desak Pemulihan Perairan Teluk Bima yang Terdampak Pencemaran Jelly Foam

Pria usia 50 tahun ini, tidak memiliki pekerjaan sampingan selain melaut.

"Sudah satu bukan tidak pernah melaut dan tidak ada pekerjaan lain," ujarnya.

Sempat memiliki keinginan untuk melaut ke perairan di luar Teluk Bima, tapi perahu yang dimilikinya tidak mendukung.

"Perahu saya kecil, tidak bisa ke sana," katanya.

Usman hanya bisa berharap, segera ada solusi dari pencemaran di Teluk Bima.

Apapun penyebabnya, bagi nelayan yang bergantung pada kehidupan laut hanya berpikir bagaimana kondisi air bisa normal kembali dan ikan bisa diperoleh.

Sementara itu, hasil laboratorium dari penelitian pencemaran di Teluk Bima hingga kini belum ada.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, Syarif Bustaman mengaku hasil laboratorium dari Surabaya belum keluar.

"Kalau spesimen yang dikirim ke laboratorium Surabaya, masih ditunggu sampai sekarang, " jawabnya ketika dikonfirmasi akhir pekan kemarin.

Di sisi lain, upaya dan langkah rehabilitasi kondisi Teluk Bima juga belum terlihat.

Baca juga: Dampak Pencemaran Teluk Bima: Pendapatan Pedagang Merosot, Pengunjung Pantai Dilarang Mandi Air Laut

Ini juga menjadi sorotan pegiat lingkungan, yang menilai otoritas pemerintah hanya fokus pada hasil laboratorium, tanpa berupaya memulihkan kondisi Teluk Bima.

"Kami mendesak segera lakukan upaya pemulihan pencemaran. Jangan hanya menunggu hasil laboratorium," ujar perwakilan WALHI NTB, Harry Sandi Ame saat menggelar aksi bersama pegiat lingkungan di daerah Bima beberapa waktu lalu.

(*)

Berita Terkini