Organisasi ini diketuai oleh SBS Yulianche.
"Sultan juga mendukung berdirinya organisasi Aisyah Bima, pada tahun 1938 yang diketuai oleh Jaenab AD Talu," beber Alan.
Bahkan lanjut Alan, Sultan Muhammad Salahuddin merupakan penyelamat gadis gadis Bima dari rencana Jepang untuk menjadikan wanita Bima sebagai ianfu dalam peristiwa Nika Baronta atau Kawin Berontak.
Sikap sultan yang tak kalah kuat, yang bisa menjadi poin jika Sultan Muhammad Salahuddin pantas untuk menjadi pahlawan nasional, yakni bersikap toleran dan inklusif.
Pada masa pemerintahannya kata Alan, sultan memberikan dukungan terhadap berdirinya partai politik seperti Perindra pada tahun 1939.
PIR dan PNI pada tahun 1949.
Di samping itu SMS sangat toleran terhadap ummat non muslim.
Baca juga: Pemprov NTB Kembali Usulkan Sultan Salahudin Bima Jadi Pahlawan Nasional
Dalam bidang pendidikan pun, Sultan Muhammad Salahuddin, termasuk tokoh pendidikan.
Pengurus Yayasan Islam Bima H.Abubakar H.Ma alu menyebut, ada 60 sekolah yang telah dibangun sejak masa aktif sultan memimpin Kerajaan Bima.
Yayasan Islam Bima inj, dibentuk setelah kerajaan bergabung dengan NKRI.
"Saat itu, Sakola Kita (sekolah kita) didirikan di setiap kejenilian. Sekolah desa di setiap desa, yang kemudian menjadi Sekolah Rakyat dan Sekolah Dasar hingga saat ini. Sekolah Agama seperti Darul Ulum juga didirikan," kata Alan.
Pendidikan moderen mulai dibangun pada tahun 1920.
Sultan mendatangkan para guru non muslim untuk mengajar ilmu pengetahuan umum di Bima.
Hingga saat ini, keturunan HBS Yulianche menjadi saksi sejarah tentang jiwa toleran dan inklusifnya seorang Sultan Muhammad Salahuddin.
Meski toleran dengan perbedaan, Sultan merupakan ulama yang besar.