Banyak Aset Pemda di NTB Mangkrak, Mi6 Usulkan Dikelola untuk Ekonomi Kreatif

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto (kiri) dan Kepala Divisi Litbang Mi6 Zainul Pahmi

”Kalau dimanfaatkan untuk budi daya walet tentu nilai ekonomi akan lebih terasa," ujar Bambang.

Pria yang akrab disapa Didu ini menambahkan, sejumlah budi daya walet dikelola swasta sudah banyak berjalan di NTB.

Komoditas sarang walet menjadi hal yang menjanjikan secara ekonomi karena harga jual mahal dan pasar yang luas.

Baca juga: Gubernur NTB Optimis Tetebatu Menang di Kompetisi Desa Wisata Dunia 2021

Burung walet sendiri merupakan burung yang memiliki ciri fisik, dengan bagian ekor yang panjang dan sayap yang agak meruncing.

Dengan bagian bawah tubuh berwarna cokelat dan bagian atas berwarna hitam.

”Burung yang memiliki nama latin Collocalia Vestita ini juga senang dan banyak hidup di daerah pantai," urainya.

Bukan hanya burungnya yang bisa dimanfaatkan, yang membuat burung ini istimewa adalah sarang burungnya.

Sarang burung walet sangat laku di pasar luar negeri.

Sarang burung walet dibuat dari air liur burung walet dan memiliki manfaat luar biasa untuk kesehatan.

Harga sarang burung walet ini bisa mencapai US $2.000-3.000 atau sekitar Rp28 juta hingga Rp 42 juta per kilogram.

Penyintas Covid-19

Kepala Divisi Litbang Mi6 Zainul Pahmi mengusulkan, budi daya walet yang memanfaatkan aset pemda perlu melibatkan penyintas Covid-19.

“Ini Sebagai simbol optimisme dan membangun harapan hidup baru,” katanya.  

Jika penyintas Covid-19 dilibatkan dalam pemanfaatan aset pemda, itu artinya membangun optimisne dan harapan kepada masyarakat di tengah badai pandemi.

Jika kampanye inovasi ekonomi kreatif melibat penyintas, tidak tertutup kemungkinan berpengaruh signifikan terhadap citra baik  NTB di mata publik.

Baca juga: 72 Anak NTB Jadi Yatim Piatu karena Covid-19, Pemprov NTB Siapkan Perlindungan Sosial

Halaman
123

Berita Terkini