Perempuan yang menetap di Kediri Lombok Barat tersebut mengkreasikan tenun khas Lombok Barat.
Bagian atas berupa baju lambung (khas Sasak) yang dikombinasikan dengan kain tenun Mareje.
Kemudian ditambahkan kain tile agar lebih milenial dan bawahan kain tenun Gumise motif gerimis.
Baca juga: Rusia Tertarik Investasi Pariwisata di NTB, Lirik Skylift Rinjani, Tambora hingga Global Hub
Busana ini bisa dipakai pada kegiatan sehari-hari.
”Kita ingin menasionalkan ini agar kain tenun dipakai tidak hanya saat acara resmi saja, tapi dapat juga digunakan untuk busana sehari-hari,” jelas Baiq Dewi Septemi.
Perempuan yang berprofesi sebagai perawat tersebut juga menjelaskan, bila tenun dipakai sehari-hari, masyarakat akan ramai membelinya.
Sehingga UMKM yang memproduksi tenun bisa diberdayakan secara ekonomi.
"Saya ingin tetap mempromosikan kain tradisional NTB. Lewat lomba ini, kita menceritakan apa sejarah dan proses dibalik kain ini,” ujarnya.
Sementara itu, juara 2 diraih Silva Iza Azizah dengan menggandeng model Syarifah Aisyah. Duo asal Dompu ini membawakan Tenun Tembe Nggoli dan Munapa'a khas Dompu.
Sedangkan juara 3 diraih Sri Mila Hardiana. Melaui UKM Ana Tenun Sukarara, ia membawakan kain motif songket lolo jagung khas Sukarara.
Serta juara favorit Ina Pariska yang membawakan kain Songket Kiping Jempiring khas Desa Sukarare Lombok Tengah.
(*)