Opini
HUT ke-80 RI, Kami Belum Merdeka
Perasaan Merdeka itu tidak begitu terasa dalam perasaan kesejahteraan, semua hari dan tanggal adalah sama
Rakyat menjerit diberbagai daerah. Tanah mereka dirampas perusahaan global, negara abai dan tak peduli keadaan rakyat. Alat-alat state aparatus kekuasaan hadir melindungi kepentingan personal dan corporate raksasa. Rakyat yang "melawan" dianggap musuh. Pembangunan tidak mengikuti kebutuhan rakyat tapi mengikuti kepentingan personal dan pemodal.
Keadilan menjadi barang mahal dan butuh perjuangan melebihi perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah barat. Ada benarnya ungkapan Sukrno yang mengatakan bahwa perjuangan mempertahankan Indonesia lebih berat dari pada merebut kemerdekaan sebab musuh yang dihadapi adalah saudara sendiri.
Kolonialisme ternyata tidak pernah selesai. Kolonialisme hanya berubah wajah. Tapi prosesnya masih tetap berlangsung. Dulu di abad 19 dan 20 kolonialisme oleh bangsa kulit putih dan mata biru, kini di abad 21 kolonialisme dilakukan oleh kaum sendiri dan pemilik modal. Dan jauh lebih menyakitkan kolonilisme bangsa sendiri karena harus melawan dan membunuh saudara sendiri.
Tapi semua itu harus dijalani sebagai hukum besi sejarah. Kemerdekaan 100 persen tak akan pernah kita nikmati jika kita tidak pernah mau memperbaikinya. Sebab tuan rumah masih berkompromi dengan maling untuk menjarah isi rumahnya. Bahkan tuan rumah adalah maling itu sendiri.
Menutup catatan ini, Hari ulang tahun Republik Indonesia ke 80 : maling dan penjaga hukum masih bersekongkol menjarah kekayaan alam, menghancurkan tatanan moral dan hukum, dan akan terus melakukannya sampai kita rakyat sadar dan bersatu melawan dan melemparnya ke jurang kenistaan hidup sehingga alam dan lingkungan sosial juga enggan meliriknya.
Selamat ulang tahun ke 80 Republik ku tercinta.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.