Penggusuran di Pantai Aan

Meski Digusur, Sejumlah Warga Masih Berdagang di Tanjung Aan dengan Tenda Darurat

Warga memilih membangun tenda darurat untuk berjualan di Pantai Aan setelah digusur beberpa waktu lalu.

|
Penulis: Sinto | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
PENGOSONGAN PANTAI AAN - Mama Dede mendirikan warung darurat pasca pengosongan lahan Pantai Aan, sabtu (9/8/2025). 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Sejumlah warga lingkar Pantai Aan, Lombok Tengah terdampak penggusuran oleh ITDC, kini kembali memilih untuk mendirikan warung darurat agar tetap bisa berjualan. 

Meski banyak yang akhirnya pulang kampung, namun terdapat beberapa warga yang memilih untuk tetap bertahan meskipun harus bongkar pasang warung setiap hari. 

Salah satunya adalah Mama Dede alias Neng yang memilih tetap berjualan supaya dapur tetap mengepul dan menggaji tiga orang anak buahnya. Mama Dede menjual nasi campur, nasi goreng, berbagai jenis minum-minuman hingga jasa surfing. 

Mama Dede menyampaikan, dirinya berjualan di bawah pohon atau mendirikan warung darurat pasca dilakukan pengosongan lahan oleh ITDC. 

Konsep warung yang didirikannya yakni dengan konsep buka tutup. Ia mulai membuka warung pada pagi hari jam 08.00 WITA kemudian pulang sekitar pukul 18.00 WITA. 

Dikatakan Mama Dede, pasca pengosongan lahan, penghasilan memang turun drastis. Sehari ia hanya meraup keuntungan sekitar Rp 300 ribu dari sebelumnya keuntungan bisa di atas Rp 1 juta sebelum dilakukan pengosongan. 

"Kuranglah nggak kayak biasanya (sebelum pengosongan). Biasanya dapat Rp1 juta sekarang Rp200 atau 300 ribu. Kita ngangkutnya pakai mobil tiga kali bolak balik," jelas Mama Dede saat ditemui Tribun Lombok, Sabtu (9/8/2025). 

Baca juga: Tanjung Aan Resmi Dikelola Investor Jepang, Nusa Dua Lombok Senilai Rp2,1 Triliun Mulai Dibangun

Mama Dede menyampaikan, dirinya setuju untuk dipindahkan ke amenity core seperti yang telah dijanjikan oleh InJourney Tourism Development Corporation (ITDC). 

Namun, Warga Gerupuk ini mengaku belum mengetahui dan belum didata oleh ITDC terkait lapak yang akan ia tempati pasca dilakukan penggusuran. 

"Saya ndak ngerti. Saya juga belum nanya, sudah didata atau belum saya belum nanya. Digusur ya digusur, ndak pernah nanya. Kalau dikasih ya Alhamdulillah," jelas Mama Dede. 

Mama Dede mengaku ingin sekali menempati lapak amenity core tersebut terlebih jika terus menempati warung darurat ia sewaktu-waktu bisa kehujanan dan kepanasan. 

Hingga saat ini, Mama Dede mengaku masih memakai tiga orang karyawan dari sebelumnya empat orang karyawan yang ia pekerjajan. Mama Dede merasa kasihan jika mereka harus dipecat atau di lepas sehingga memilih untuk membuat warung darurat. 

"Anak buah saya itu sebelumnya ada empat  tapi yang masih cuma tiga dengan gaji Rp 2,5 juta per orang. Walaupun dibawah pohon begini tapi Alhamdulillah mereka mau. Mereka juga mau kerja dimana," ungkap Mama Dede. 

Tiga orang karyawan Mama Dede berasal dari tiga daerah berbeda yaitu Jawa Timur, Lombok Timur dan Desa Gapura Lombok Tengah

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved