Banjir Kota Mataram dan Lombok Barat

Soal Banjir di Kota Mataram, Bappeda Minta Kajian Irigasi Diperhatikan Ulang

Kota Mataram secara topografi merupakan daerah hilir, yang dihimpit oleh 4 sungai besar.

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA
PENANGANAN BANJIR MATARAM - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Mataram, M. Ramdhani. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM - Banjir bandang yang mengakibatkan ribuan kepala keluarga di Kota Mataram terdampak dan mengalami kerugian menjadi perhatian berbagai pihak.

Tidak sedikit lembaga, hingga Anggota Dewan menyoroti persoalan banjir di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, mulai dari penataan saluran irigasi, drainase, pengadaan waduk, hingga Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal menyoroti langsung masalah izin amdal dari sejumlah perumahan yang ada.

Menanggapi itu, Kepala Badan Perencanan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram mengatakan, kajian utama yang harus diperhatikan saat ini adalah soal irigasi dan juga drainase yang ada di Kota Mataram.

Terlebih, soal penanganan banjir ini telah tertuang pad Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah diketok jauh hari sebelum banjir bandang melanda.

“Kalau saya memikir soal konsep di RPJMD kita bagaimana strateginya, salah satu isu strategis yang ada di disana adalah penanganan kota yang berketahanan dalam bencana. Salah satu bencana yang terjadi sekarang dan potensinya besar adalah banjir dan genangan,” ucap Kepala Bappeda Kota Mataram, M. Ramdhani menjawab TribunLombok.com, Rabu (16/7/2025).

Dia mengungkapkan, Kota Mataram secara topografi merupakan daerah hilir, yang dihimpit oleh 4 sungai besar di antaranya Sungai Jangkok, Sungai Ancar, Sungai Unus, dan Sungai Brenyok.

Kejadian banjir yang melanda Kota Mataram murni diakibatkan air bandang yang datang dari hulu lewat 4 sungai tersebut.

“Hingga sebenarnya kalau dia berjalan normal (aliran 4 sungai tersebut) sistem drainase kita sudah bagus secara alami ,” katanya.

Akan tetapi, dengan status iklim yang saat ini sulit diprediksi, membuat penataan drainase dan irigasi harus diperbaharui lagi.

Baca juga: Investor Asing Belum Kantongi Ijin PBG di Jelenga, Ini Tanggapan Pemda KSB

Saat ini, drainase perkotaan yang ada saat ini berhimpitan dengan saluran irigasi, terutama di daerah bagian selatan yang juga dipengaruhi dengan maraknya pengembangan perumahan.

“Itu (bagian selatan Kota Mataram) kan kita awalnya juga disana banyak sawah. Tapi karena alih fungsi menjadi perumahan saluran irigasi yang awalnya itu untuk menyimpan air malah berfungsi sama dengan irigasi yang mengeluarkan air,” ungkapnya.

Dua sifat yang harusnya berlawanan antara drainase dan irigasi yang tidak berjalan, membuat aliran air di Kota juga sewaktu-waktu sulit untuk dilakukan.

“Kalau dia drainase secepatnya air itu ke laut, sementara irigasi airnya ditahan untuk mengalirin sawah. Jadi soal tata ruang ini juga masih besar kita. Kebetulan sekarang juga kit lagi revisi perda RTRW, ada diskusi apakah kita lebih penting pemenuhan 3 juta rumah atau ketahanan pangan,” jelasnya.

Soal drainase lanjut dia, secara topografi saat ini hampir merata dengan saluran irigasi, jadi ketika ada sedimentasi menumpuk, ada sampah dan lain sebagainya di saluran irigasi akann memperburuk kinerja drainase.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved