Kunci Jawaban Asesmen MPLS 2025 Literasi dan Numerasi Nomor 9 - 12: Pelari Terakhir

Simak kunci jawaban asesmen MPLS 2025 literasi dan numerasi nomor 9–12. Bacaan "Pelari Terakhir" bantu siswa SMA, SMK, dan SMALB pahami soalnya!

Editor: Irsan Yamananda
TribunSumsel
ASESMEN MPLS 2025 - Simak kunci jawaban asesmen MPLS 2025 literasi dan numerasi nomor 9–12. Bacaan "Pelari Terakhir" bantu siswa SMA, SMK, dan SMALB pahami soal dengan tepat. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Kunci Jawaban Asesmen MPLS 2025 Literasi dan Numerasi Nomor 9–12: Pelari Terakhir.

Asesmen MPLS 2025 menghadirkan beragam bacaan inspiratif, salah satunya berjudul Pelari Terakhir.

Kisah ini mengangkat perjuangan seorang wanita lanjut usia yang mengikuti lomba maraton, penuh keteguhan dan semangat pantang menyerah.

Berdasarkan teks tersebut, siswa diminta menjawab soal literasi dan numerasi nomor 9–12.

Berikut rangkuman soal beserta kunci jawabannya.

Perhatikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 9-12

Pelari Terakhir

Lomba maraton di kotaku biasanya diadakan setiap musim panas. Semua jalan raya yang dilalui para pelari akan ditutup aksesnya untuk semua kendaraan kecuali ambulans. Tugasku adalah mengikuti pelari dari belakang di ambulans sebagai petugas medis. Pak sopir dan aku berada di dalam mobil yang sejuk berkat AC, mulai mengikuti pelari dengan perlahan. Kami harus tetap berada di belakang pelari terakhir hingga mencapai garis finis.

"Pak, saya harap pelari terakhir berlari dengan cepat!" kata Pak sopir sambil tertawa. Saat tanda untuk memulai maraton diberikan, para pelari terdepan mulai menjauh dari pandangan kami. Saat itu, mataku tertuju pada seorang wanita yang mengenakan celana biru dan baju putih longgar.

"Pak, lihatlah itu," kataku sambil menunjuk wanita tersebut di depan kami.

Kami sadar bahwa dia akan menjadi "pelari terakhir". Rambutnya beruban, postur tubuhnya tidak lagi tegap, dan kakinya sedikit pincang. Bahkan hanya berjalan pun sudah tampak sulit, apalagi mengikuti lomba maraton.

Pak sopir dan aku memperhatikan wanita itu dengan diam. Kami akan bergerak maju sedikit, kemudian berhenti untuk menjaga jarak dari pelari terakhir. Lalu, kami maju lagi untuk terus mengikuti langkahnya. Saat aku menyaksikan perjuangannya, ada keinginan dalam hati untuk menghentikannya, tetapi pada saat yang sama, aku berdoa agar dia terus maju. Akhirnya, dia adalah satu-satunya pelari yang tersisa. Air mataku mengalir karena aku merasa takjub dan penuh hormat pada keberaniannya.

Saat garis finis terlihat di kejauhan, sorak-sorai penonton sudah tidak terdengar lagi. Namun, seorang pria berdiri sendirian dengan bangga menunggu kedatangan pelari terakhir. Ia memegang salah satu ujung pita kertas yang terikat pada tiang. Pelan-pelan, pelari terakhir melintasi garis finis tersebut. Kedua ujung pita kertas itu berkibar di belakangnya.

Aku tidak tahu nama wanita itu, tetapi sejak saat itu, dia menjadi bagian dari kehidupanku. Bagi wanita itu, maraton bukanlah tentang mengalahkan orang lain atau memenangkan piala. Ini tentang menyelesaikan apa yang sudah dimulainya, apa pun yang terjadi. Ketika aku menghadapi kesulitan dalam hidup, aku sering kali teringat pada pelari terakhir itu. Kemudian, aku menyadari betapa mudahnya tugas di hadapanku sebenarnya.

Sumber:
Diterjemahkan dengan perubahan, dari Lisa Beach. The Last Runner. Chicken Soup for the Preteen
Soul (2000).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved