WN Brasil Jatuh di Rinjani

Desak Evaluasi Mitigasi Kecelakaan Pendakian Gunung Rinjani, Dewan Pembina FPTI NTB: Benahi Sistem

Dewan Pembina FPTI NTB mengkritisi kurangnya koordinasi dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat di kawasan wisata alam seperti Rinjani

Dok.SAR Mataram
EVALUASI PENANGANAN - Petugas SAR gabungan saat mencari posisi Juliana, pendaki asal Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani, Senin (23/5/2025). Pendaki tersebut jatuh di jalur menuju puncak. Dewan Pembina FPTI NTB mengkritisi kurangnya koordinasi dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat di kawasan wisata alam seperti Rinjani. 

Ia berharap insiden yang menimpa Juliana Marins menjadi titik balik bagi semua pihak, baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat adat, hingga relawan untuk bersama-sama mengevaluasi sistem pengelolaan dan penanganan kecelakaan pendakian.

“Kita sangat malu dengan kejadian ini. Jika kita ingin Rinjani tetap menjadi primadona wisata, maka keselamatan harus menjadi hal utama,” pungkasnya.

Pemprov NTB menekankan pelayanan yang aman dan nyaman bagi wisatawan. 

Wakil Gubernur NTB Indah Dhamayanti Putri mengatakan, insiden seperti ini jangan sampai terulang kembali. 

"Kami akan mencoba memperbaiki dari sisi regulasi terkait dengan proses pendakian dari turis luar maupun domestik, agar Rinjani tentunya menjadi destinasi dunia," kata Dinda sapaan karibnya, Kamis (26/6/2025). 

Evaluasi ini akan dilaksanakan bersama seluruh stakeholder terkait dengan wisata pendakian Gunung Rinjani. 

Proses evakuasi Juliana menjadi sorotan publik.

Kepala Balai TNGR Yarman mengimbau kepada para pendaki untuk menyiapkan beberapa hal sebelum melakukan pendakian.

Pendakian di Gunung Rinjani bisa dilalui melalui beberapa jalur seperti Sembalun, Senaru, Timbanuh, Torean, dan Aik Berik. 

Setiap jalur ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga kesiapan mental dan fisik dari para pendaki sangat dibutuhkan. 

"Kalau mendaki gunung harus siap semuanya, siap fisik, siap mental," kata Yarman. 

Yarman juga meminta kepada calon pendaki untuk mengenali mendan yang akan dilewati, terutama saat melewati daerah-daerah rawan kecelakaan. 

Bukan hanya itu, Yarman juga meminta jika terjadi sesuatu para pendaki bisa melakukan penyelamatan sendiri terlebih dahulu, sembari menunggu bantuan dari tim SAR. 

"Setidaknya ada pengetahuan apabila terjadi kecelakaan, atau di rawan-rawan dimana posisinya," jelas Yarman. 

Balai TNGR juga menyampaikan saat melakukan pendakian, para pendaki diharuskan menggunakan peralatan yang sesuai dengan standar. Hal ini dilakukan untuk menghindari insiden di gunung. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved