Berita NTB
Anggota DPR RI Soroti Lulusan SMK di NTB Jadi Penyumbang Pengangguran
Data BPS NTB mencatat jumlah pengangguran berdasarkan latar belakang pendidikan SMK, mencapai 7,88 persen
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Wakil Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Putih Sari menyoroti tingginya pengangguran yang dilahirkan lulusan SMK di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dia menilai ini ada ketidak cocokan antara jurusan yang dibuka oleh SMK yang ada saat ini, dengan kebutuhan industri yang dikembangkan di daerah tersebut.
"Sayang sekali punya keahlian tetapi tidak cocok dengan industri yang berkembang saat ini," kata Sari, Rabu (28/5/2025).
Sari nantinya akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemen dikdasmen), untuk mengevaluasi jurusan yang ada di SMK agar disesuaikan dengan kebutuhan industri di daerah itu termasuk NTB.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB jumlah pengangguran berdasarkan latar belakang pendidikan SMK, mencapai 7,88 persen. Sementara pengangguran yang berlatar pendidikan sekolah dasar hanya 1,59 persen.
Sebelumnya Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal, juga berkomitmen untuk mengevaluasi tata kelola pembentukan jurusan di SMK.
Dia mengatakan akar persoalan disebabkan karena pendirian SMK tersebut berdasarkan perasaan, bukan melalui kajian dan kebutuhan daerah tersebut.
Baca juga: Data Terbaru BPS: 7,28 Juta Orang Masih Jadi Pengangguran
Selain itu saat pemilihan sekolah usai dari bangku sekolah menengah pertama, para siswa acap kebingungan dalam menentukan sikap.
"Kalau orientasi melanjutkan studi masuk SMA, kalau orientasi langsung bekerja, wirausaha maka masuk SMK," kata Iqbal, Selasa (15/4/2025).
Mantan Dubes Indonesia untuk Turki itu menyampaikan saat ini di negara maju seperti Jepang kekurangan angkatan kerja yang produktif, sehingga ini menjadi peluang bagi warga negara Indonesia (WNI) bekerja diluar negeri.
Iqbal menjelaskan lulusan SMK disiapkan untuk langsung bekerja, menerapkan keterampilan yang didapatkan saat dibangku sekolah.
Namun tidak jarang mereka justru bekerja di retail modern yang tidak selaras dengan jurusan yang mereka ambil saat di SMK, inilah yang ingin diubah oleh Iqbal agar para lulusan SMK bisa bekerja sesuai dengan keterampilannya.
Iqbal berjanji akan menata persoalan ini agar lulusan SMK tidak menjadi pengangguran, dia juga meminta kepala sekolah SMK dan SMK untuk aktif mensosialisasikan sekolahnya.
Kedepannya keberhasilan SMK akan diukur dari seberapa banyak lulusan yang bekerja secara linear dengan jurusannya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.