Demo Warga Bintaro Ricuh di Kantor Wali Kota Mataram, Anak-Anak Jadi Korban

Anak kecil yang berada di garis depan aksi terjatuh dan menangis. Sementara ibu yang tak terima anak mereka diperlakukan kasar berteriak histeris.

TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
HISTERIS - Kolase foto suasana kericuhan saat warga Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram demo di depan kantor Wali Kota Mataram, Rabu (14/5/2025). Anak-anak yang dibawa dalam demo tersebut jadi korban. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Puluhan warga Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, yang mengatas namakan masyarakat pesisir melakukan aksi unjuk rasa, di depan Kantor Wali Kota Mataram, Rabu (14/5/2025).

Masa aksi ini datang dengan berbaju hitam, membawa spanduk bertuliskan "Wali Kota Mataram Mafia Tanah".

Dalam aksinya, masa aksi juga membawa anak-anak yang ditempatkan di depan barisan massa aksi.

Selang beberapa menit orasi dilantunkan, kerumunan mendadak menjadi mencekam. Segerombolan orang tak dikenal datang di tengah-tengah masa aksi, hingga terjadi kericuhan.

Anak kecil yang berada di garis depan aksi terjatuh dan menangis. Sementara ibu-ibu yang tak terima anak mereka diperlakukan kasar berteriak histeris. 

Massa aksi bahkan sempat beradu fisik dengan segerombolan orang tak dikenal.

Anggota polisi dan Satpol PP yang berjaga tidak bisa menenangkan massa. Bahkan seorang ibu dengan teriakan lantang menuding petugas keamanan hanya menonton.

Demonstrasi ini dilakukan warga untuk menuntut tanah mereka di Kampung Bugis, Bintaro dikembalikan. Mereka tidak mau direlokasi ke Rusunawa di Kecanatan Bintaro, Kota Mataram.

Warga sempat digusur dan direlokasi ke Rusunawa Bintaro.

“Kita menuntut supaya tanah kita dikembalikan, itu tanah sudah 25 tahun kami tempati, dan saya aslinya dari sana,” kata Misnah, di tengah tengah keramaian massa aksi.

Rusunawa yang disediakan pemerintah tidak membantu kesulitan masyarakat.

Bahkan Pemkot Mataram dinilai memberatkan masyarakat melalui uang sewa hingga uang listrik, dan air.

“Kami tidak mau tinggal di Rusunawa karena kita disuruh bayar, bayar air, bayar rumah, semua dibayar, sedang pendapatan enggak ada,” keluhnya.

Dia berharap, Pemkot Mataram mau membuatkan rumah dan ditempatkan di lokasi semula yang berada pesisir pantai Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved